Sabtu, 02 Juni 2012

seperti Daud


terinspirasi dari 1 Samuel 24.
=================

Jeanny, dokter muda itu mengamati dengan seksama pasiennya yang ada di ruang ICU, sudah 7 hari pasien tersebut tergeletak tak berdaya diantara alat-alat medis yang  tersambung di seluruh tubuhnya. Dari data rekam medik yang selalu dia buat tentang perkembangan pasiennya, dia mengikuti setiap menit perkembangan pasien istimewanya itu

Sardjono Sudiro. Nama bahkan wajah pasien laki-laki yang telah berusia hampir 80 tahun itu  telah menghantui dan membuat resah  selama hampir 7 hari. Andai dia mau bisa saja dengan mudah dia membuat lenyap pasien tersebut tanpa  bekas apapun, namun dia teringat akan sumpahnya sebagai dokter, dan sumpah itulah yang membuatnya tetap pada komitmennya merawat sesuai dengan etika kedokteran yang berlaku.

===

30 tahun yang lalu peristiwa itu muncul kembali dalam ingatanya. Dulu keluarga Jeanny  tinggal di sebuah desa yang jauh dari kota dan keluarganya membuka toko,  toko itu merupakan satu-satunya toko yang ada di desa.

Koh Liem, penduduk setempat memanggil papanya demikian, dan cik Hwa, adalah panggilan keseharian mamanya. Jeanny kecil sering dipanggil dengan sebutan Meme sedang kakak laki-lakinya sering dipanggil San-San.  Sore itu saat adzan magrib berkumandang, dan papanya bersiap-siap menutup toko, tiba-tiba datang 5 orang laki-laki. Jeany kecil yang kala itu baru berusia 5 tahun melihat papanya berdialog dengan salah seorang laki-laki yang nampaknya pemimpin dari mereka.

"maaf pak Jono, saya ndak isa kasik,  itu terlalu berat buat saya dan keluarga saya, pak Jono tahu berapa penghasilan sebuah toko kecil seperti punya saya ? Kalau tanah dan toko ini dijual, dengan harga yang pak Jono minta, saya dan keluarga harus pindah kemana? saya ndak isa kasih pak Jono, mohon maaf"'

"You china mesti tahu diri, kalian mesti ingat kalian tinggal di daerah kekuasaan siapa ? jangan pernah membangkang kepada penguasa pribumi, saya sudah kasih waktu 1 bulan, dan hari ini adalah waktu yyang telah ditentukan, cepat keluarkan sertifikat tanahmu, dan kita mulai transaksi jual beli "

"Tetap pada pendirian saya, saya ga akan kasik ini tanah dan rumah ke pak Jono. Ini adalah sumber kehidupan kami "

" Baiklah karena you ga mau cara halus, maka saya akan memakai cara saya"

kemudian laki-laki yang dipanggil pak Jono, memberi kode kepada 4 orang temannya

"Lenyapkan !!"

dan segala sesuatu bergerak dengan demikian cepat, ke lima orang itu mengobrak-abrik toko, kemudian papanya dihajar sampai tidak berdaya dan luka-luka. Darah meleleh dari hidung dan kupingnya kemudian kaki dan tanganpapanya diikat di kursi,  mulutnya disumbal dengan kain sementara itu matanya dibiarkan terbuka menyaksikan keonaran yang terjadi. Belum puas dengan itu dia melihat mamanya yang ketakutan di pojok ruangan diseret dan ditelanjangi di depan papanya kemudian mereka beramai-ramai memperkosa mamanya sampai mamanya pingsan. Papanya hanya bisa meraung-raung tanpa bisa bersuara. Kakaknya yang waktu itu berusia 12 Tahun juga dianiaya hingga pingsan, jeanny kecil menyaksikan semua peristiwa itu dibawah kolong tempat biasa dia bersembunyi dia tidak berani menangis atau bersuara karena disuruh kokonya untuk diam. Ketika 5 orangitu melihat semua sedah terkapar tak berdaya mereka mengguyur semua ruang dengan bensin dan menyulut dengan api, serta meninggalkan rumah itu segera. Dari bawah kolong Jeany kecil melihat bagaimana api menjilat semua rumah dan kemudian menjilat tubuh orang tuanya dan kokonya. Ditengah ketakutan Jeanny kecil berlari keluar dari rumah menyelamatkan diri berpacu dengan api yangmulai berkobar, dia lari ke hutan belakang rumah dan kemudian terjatuh tak sadarkan dirinya.

Ketika dia membuka matanya Jeany kecil melihat dia sudah berada di sebuah ranjang putih, tubuhnya terbalut dengan perban, dan tangannya telah diinfus, sementara hidungnya dimasukin selang oksigen. kemudian dia menangis memanggil-manggil papa, mama dan kokonya.

Hari-hari berganti, Jeanny melewati hidupnya di sebuah panti Asuhan dibawah bimbingan para biarawati, kepada Suster Fransica dia ceritakan semua peristiwa yang mengerikan malam itu. dan sebagai uacapan terima kasihnya kepada suster Fransica dia bercita-cita menjadi seorang dokter.

Dan sekarang dia adalah dokter spesialis Penyakit Dalam yang terkenal di kotanya. Kisah hidupnya tak ada seorangpun yang tahu, dia begitu rapat menyimpan semua peristiwa kelamnya, hingga suatu hari dia mendapatkan seorang pasien dan dia adalah orang yang pernah melenyapkan keluarganya dengan cara bengis. Pak Jono dengan nama lengkap Sardjono Sudiro.

Tiap malam menjadi sebuah pergumulan batin bagi dirinya, antara sakit hati dan profesionalisme jabatannya. Mudah bagi dia untuk melenyapnya pasien itu secara cepat, tapi berarti dia menjadi dokter yang tidak beretika dan profesional, bahkan dia bisa mendapatkan julukan pembunuh. 7 hari dia merawat pasien itu dengan sebuah beban hati yang sangat berat, dan dia selalu menangis setiap kali visitasi ke ruang ICU tersebut.  

Hingga suatu hari dia mempunyai kekuatan, untuk mengampuni pasien tersebut dan tetap merawatnya sebagaimana layaknya dia mendapatkan perawatan medis yang baik dan benar.

"Tuhan aku mengampuninya, bahkan ketika aku mampu membunuhnya di depan mataku,tetapi aku memilih seperti Daud untuk membiarkan Saul hidup meskipun Daud juga mampu membunuh Saul di depan matanya. Aku akan merawat pak Jono yang telah membunuh keluargaku, sebaik mungkin, ini aku hambamu Jeanny, terjadilah seperti yang Engkau kehendaki , amien "

Tidak ada komentar: