Sabtu, 02 Juni 2012

keputusan

Mereka berdua, suami istri itu , tertunduk lesu di kamar tidur yang berukuran 3x2 m. Hembusan angin dari kipas angin, tak mampu mendinginkan rasa panas yang ada di dalam kepala mereka.

"hasil laboratorium memberikan diagnosa, janin di dalam rahim istri anda berpotensi ke arah down syndrome"

kata-kata dokter tadi seperti sebuah tamparan keras yang mampu membuat lumpuh seluruh tubuh. Sudah tergambar jelas di benak laki-laki itu apa arti down sindrome bagi calon bayi mereka. Sekuat tenaga dia berusaha menguasai emosi yang bergejolak di dalam hatinya. Sementara itu dia meilhat istrinya hanya tertunduk dan menangis

" kandunganmu baru memasuki trimester ke dua ma " laki-laki itu memecah keheningan

"maksud papa? "

"aku hanya berusaha mencari sebuah solusi untuk masa depan kita semua "

"aku ga paham pa"

"ma..bisa kau bayangkan seandainya anak itu lahir dalam keadaan down syndrome ? bagaimana kehidupannya nanti ? bagaimana dia harus menjalani hari-harinya ? bagaimana dengan kita ? aku tak bermaksud berkecil hati, tapi aku hanya pegawai kecil, dengan gaji yang dibilang pas-pasan. Jika anak itu lahir, berapa banyak dana untuk biaya kehidupan anak tersebut? sedangkan kondisi down syndrome harus memerlukan sebuah perlakuan khusus selama hidupnya dan itu berarti juga memerlukan biaya lebih. Belum lagi waktu yang diperlukan untuk mengawasi anak tersebut harus betul-betul extra. Papa ga ingin sisa hidup mama tersiksa '

"lantas ?"

"jika mama setuju, hapuskan anak itu, mumpung dia masih dini " ucap lelaki itu lirih nyaris tak terdengar

"duh Gustiiii..." wanita itu menangis histeris

laki-laki itu hanya terdiam, antara perasaan bersalah dan realita yang harus dihadapi, dan masa depan yang tak menentu.

Senja bergulir ke peraduan, mengiringi isak hati yang gundah.

Tidak ada komentar: