Sabtu, 02 Juni 2012

gerobak

Pagi penuh dengan kesibukan, orang mulai meyambut mentari dengan karya. Ada yang berangkat ke kantor, ke sekolah, ke pabrik, ke sawah, ke pasar, ada yang menyapu halaman, mengepel rumah, memasak. mereka tak ingin kalah dengan sinar mentari yang semakin lama semakin menghangat.

" wilujeng enjang jeng Lusi, kok belum berangkatkerja ? libur ya ? sapaku kepada tetanggaku saat aku berjalan kaki dan melewati depan rumahnya.

" hari ini saya ga masuk kerja bu..anak saya yg kecil sakit,ga bisa ditinggal "

" lho kan ada bapaknya "

" justru itu bu, bapaknya nyuruh saya ga masuk, dia ga mau ngurus anaknya yang sakit "

"kok aneh, kan suami jeng Lusi dirumah, mestinya bisa mengambil tugas jeng Lusi untuk jaga anak "

" tak taulah bu...saya sudah ga bisa ngomong lagi. Padahal suami saya itu ga kerja, cuma dirumah, ga ngapa-ngapain, semua tugas rumah tangga saya yang kerjakan, anak-anak saya yang urus, saya sendiri masih bekerja untuk menopang ekonomi keluarga, saya pikir sebelum dia mendapat pekerjaan, mbok ya o bantuin saya ngurus rumah tangga. Tapi ga..di rumah kegiatannya cuma tidur, nonton TV, main game, makan, merokok trus kalau bosen di rumah nongkrong di warung. Kalau saya ingatkan malah marah-marah, masih mending kalau cuma marah, terkadang pkai acara piring terbang. Ya daripada tiap hari ribut, mending saya diam. Kasihan anak-anak kalau sering melihat orang tuanya bertengkar "

Aku hanya terdiam, ga berani berkomentar, sebenarnya pingin banget dan sangat menggelitik di pikiran untuk berkomentar begini,

" sudah lah jeng, tingalin saja suami macam begitu, kamu masih muda, cantik, yang suka dengan dengan kamu juga masih banyak, buat apa hidup sekali kok dibuat sengsara dengan suami yang ga genah "

cuma kalau sampai kata-kata itu terucap, bisa-bisa aku dilabrak sama suaminya jeng Lusi dan itu juga bukan suatu solusi yang baik, sebab bagaimanapun sebuah pernikahan tidak harus segera dibubarkan hanya karena sebuah masalah yang sebenarnya masih bisa diatasi dan dicarikan jalan keluar

Kehidupan rumah tangga, memang sarat dengan problematika. dan pada dasarnya masing-masing keluarga mempunyai masalah namun dengan tema yang berbeda. Awal berumah tangga sebenarnya merupakan awal dari sebuah permasalahan baru. Mengapa demikian ? Karena menyatukan dari 2 individu yang berbeda latar belakang, baik budaya, kebiasaan, karakter, keluarga, cara pandang dan masih banyak lagi, dan mereka dipersatukan untuk dapat berkolaburasi atau bersinergi membentuk sebuat team yang baru. Bukan perkara yang mudah untuk dapat bersinergi dan bersama-sama maju dalam sebuah hubungan yang akan berlangsung seumur hidup. Akan diperlukan banyak energi, baik hati, pikiran dan fisik yang mampu menciptakan suasana "klik"

Rumah tangga bisa saya gambarkan seumpama pedati sapi. 2 ekor sapi yang akan membawa gerobak dengan tuntunan seorang bajingan ( ini serius lho bukan misuh). Masing-masing ekor sapi adalah sepasang suami istri, gerobag adalah rumah tangga yang mereka bina, dan sopir gerobag ( bajingan ) adalah Tuhan sendiri. Agar gerobag itu bia berjalan ke tempat tujuan, maka inilah yang harus dilakukan oleh ke 2 ekor sapi, mereka harus selalu menuruti perintah si sopir gerobag dengan mengindahkan kekang yg dimasukkan lewat lobang hidungnya, kapan akan belok kiri, atau kanan mereka akan mendapatkan sentakan dari tali kekang itu. Cemeti diguunakan agar sapi tidak loyo dalam berjalan, memang dirasa sakit, akan tetapi itu adalah sebuah motivasi agar sapi tidak berhenti. nah tugas dari si sapi sekarang adalah mereka harus mampu berjalan seimbang dan seirama, ga ada yg terlalu lambat atau cepat,jika salah satu berjalan tidak seimbang maka gerobag itu akan guling dan berantakan, makanya tugas sopir gerobag mengingatkan dengan cemetinya.

Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. (Efesus 5 ; 31 ), mereka akan dipersatukan dalam satu daging, satu visi, satu tujuan, satu irama, tidak ada yg tinggi atau yang rendah. Jika rumah tangga mereka diserahkan kepada TUhan sebagai juru mudinya, maka masing-masing suami istri akan selalu menundukkan diri kepada perintah Tuhan, sehingga rumah tangga itu akan ada yg menuntunnya, JIka rumah tangga itu tidak ada juru mudinya, bisa dibayangkan, bagai sebuah gerobag yang ditarik oleh 2 ekor sapi tanpa arah, dan kalau kebetulan salah satu sapi itu mampu berjalan cepat, dan sapi satunya berjalan lambat, dan tidak ada yang mengendalikan dengan kekang, bisa diperkirakan hanya dalam hitungan ke sekian gerobag itu akan hancur berantakan, sapinya juga hancur karena ketindihan gerobag.

Di dalam Tuhan, masing- masing individu yang terbentuk sebagi suami istri akan dikendalikan dan dikembalikan fungsinya, sesuai dengan kehendak TUhan. Jika masing-masing indivudi sudah dikembalikan kepada fungsinya maka seorang laki-laki akan menepatkan dirinya sebagi seorang suami yang : melindungi istri dan anaknya, memback up keluarganya dengan kasih, mencukupi kebutuhan keluarganya dengan materi dan rohani, menjadi imam bagi keluarganya, dan perempuan yang yang menjadi istri akan : mememlihar suami dan anaknya seirama dengan kasih yang diberikan oleh suaminya, sehingga anak-anak dapat tumbuh kembang dengan baik dalam kondisi psikis yang dinamis

Melihat kondisi jeng Lusi diatas, ada ketidak seimbangan dalam rumah tangga, bagaikan gerobag, sapi yang satunya berhenti yang satunya berjalan, akhirnya sapi yang berjalan menjadi terluka, karena membawa beban 2x lebih besar, yaitu gerobag dan sapi satunya. Untuk itulah kehidupan rumah tangga tidak dapat dijauhkan dari campur tangan Tuhan . Setiap saat hadirkan Tuhan di dalam kehidupan rumah tangga agar dikendalikan secara penuh oleh Tuhan

:: rumangsa dosa amarga ngrasani jeng Lusi

Tidak ada komentar: