Sabtu, 31 Juli 2010

post power sindrome

Pagi itu aku bertugas di kantor cabang, sesuai dengan jadwal bulanan yang telah diberikan, tak berapa lama setelah aku mempersiapkan ruang kerja, datang customer; pasien, sepasang suami istri yang telah menuju uzur.

"Selamat pagi mari silahkan duduk", kataku sambil mempersilahkan mereka duduk di kursi.

" Ada yang bisa saya bantu?", saya memulai percakapan,

"Saya mau medical cek up," kata si bapak, saya memberikan kode apakah ibu juga akan periksa, dan ternyata hanya si bapak yang akan cek up.

"Atas permintaan pribadi atau permintaan dokter?"

"Dari dokter, ini resep pemeriksaan laboratorium dari dokter", lanjut si bapak sambil menyerahkan form permintaan pemeriksaan.

" Maaf pak, apakah bapak sudah mempunyai kartu periksa?"

"Saya pasien lama, dan kebetulan kartu periksa saya ketinggalan di rumah"

"Kalau demikan saya akan mencatat ulang data bapak, supaya nanti mudah untuk mencari status pemeriksaan, maaf nama bapak..?" kemudian aku memperjelas tulisan dokter tentang identitas pasien.

"Alamat?"

"Tanggal lahir?"

dan belum selesai aku menulis semua data..tiba-tiba bapak tadi berdiri dari kursi sambil menuding ke arahku , marah..!!!

"Saya ini mantan pejabat, pimpinan tertinggi di lembaga itu, kalau saya pergi ke kantor pusat kamu, bos kamu pun akan keluar dari ruang kerjanya menyambut saya, semua karyawan di kantor kamu mengenal saya, dan saya heran kamu sama sekali tidak mengenal saya, bahkan menanyakan ulang data saya"

Aku kaget setengah mati, tak menyangka akan mendapat serangan yang tiba-tiba seperti itu, aku berusaha memutar otak mengingat semua pasien yg notabene "pejabat" namun sungguh aku belum pernah bertemu dengan si bapak ini..dan kulihat kondisi si bapak tersengal-sengal karena emosinya yang meledak kepadaku.

"Bapak, saya mohon maaf bila saya belum mengenal bapak, karena memang saya baru mengenal dan tahu bapak di sini, saya banyak mengenal rekan sejawat dan "mantan" anak buah bapak, namun maafkan saya karena saya belum mengenal bapak", kemudian aku sebutkan nama-nama orang, mantan anak buah dan rekan2 sejawatnya, aku sebutkan nama mereka satu persatu,

"Hmmm...dan kenalkan saya Nia pak, saya akan coba ingat data bapak"

Si ibu yang dari tadi diam kemudian bicara, untuk meredam suasana,

"Bapak ini ya lucu, lha wong bapak ini ga pernah periksa di cabang ini kok petugas disini disuruh mengenal bapak"

Istri yang bijaksana......................................................

Aku ceritakan kejadian ini kepada temanku seoarang Kepala ICU sebuah Rumah Sakit Swasta untuk sekedar sharing.
"Post Power Sindrome", katanya, "Biasanya melanda para pejabat dan penguasa yang sudah pensiun, mereka mengira bahwa kekuasaan itu masih melekat meskipun mereka sudah purna kerja. Salah satu karakter yang mereka punyai adalah, ingin supaya orang lain tetap tunduk hormat dan munduk2 sama seperti waktu mereka masih menjabat. Pasienku juga banyak seperti itu, jadi jangan heran"

Kemelekatan, sesuatu yang melekat, dan dianggap sebagai miliknya selamanya, dan sangat mempengaruhi dalam hidupnya, walau sebenarnya itu bukan sesuatu yang kekal, yang akhirnya akan menjadi suatu siksaan batin dan hati ketika sesuatu itu diambil dari padanya. Dan sebetulnya kebanyakan penyakit bukanlah semata karena penyakit fisik, namun penyakit yang disebabkan dari psikis ikut nimbrung dan mendominasi terjadinya penyakit fisik seperti jantung, stroke, hypertensi, gastritis, dsb

Coba anda baca kembali tulisan saya yang berjudul "OBAT" disana saya menulis, jika kehidupan seseorang diektrasi/dimurnikan/diambil mulai dari pangkat, gelar, kekayaan, jabatan, trah bahkan fisik, apa kira2 yang masih tertinggal dari diri orang tersebut? Apa yang masih diingat dari orang tersebut? Kebaikan apa keburukan?

Hidup yang indah, adalah hidup tanpa kemelekatan terhadap apapun yang tidak membuat kekal, carilah sesuatu yang kekal, dan melekatlah di sana. Kekayaan, teman, jabatan, relasi, kepandaian etc bersifat tidak kekal, akan mudah hilang sewaktu2, janganlah hati kita melekat kepada hal2 seperti itu. Namun terhadap setiap Pangandikanipin Gusti Allah, lekatkatlah hati dengan sangat dalam. Karena disitulah ada kehidupan yang kekal dan abadi

(dan suatu waktu, datang pula pasien sepasang suami istri yg telah uzur dan beliau adalah purnawirawan dengan pangkat jendral, namun tak ingin dikuaknya keberadaannya supaya mendapat perlakuan yg istimewa sebagai pasien...)

Tidak ada komentar: