Sabtu, 31 Juli 2010

guru

Sore yang indah, selepas hujan yang menguyur, menjadikan sore yang basah dengan bau tanah yang menawan, ditambah bertengger indah sang bianglala menjadi pengawal akan siluet senja. Seoarang ayah mengajak anaknya untuk bersepeda menikmati indahnya sore. Mengelilingi desa, melewati pinggir sungai dan sawah-sawah. Sang anak yang masih berusia 5 tahun, dengan senang hati membonceng di belakang pada sepeda pancal sang ayah.

Dalam moment yang begitu indah, sang ayah ingin mengajarkan sesuatu kepada anaknya melalui alam sekitarnya. Baginya sebuah pendidikan tidak harus didapatkan dan diberikan di bangku sekolah, yang hanya terbungkus oleh gedung-gedung yang bisu dengan setumpuk buku yang mengangga kelu. Pendidikan dan pembelajaran dapat diperoleh dimana saja, sejauh indera dapat mengenyam, melalui apa yang saat ini mata bisa lihat, yang kuping bisa dengar, yang dapat dicium oleh hidung maupun yang dapat diraba dengan tangan.

Sang ayah ingat akan leluhurnya, jika ingin menjadikan sebuah genersai yang berkualitas, maka didik dan ajarkan ilmu dimana dan kapanpun berada. Saat berdiri, saat mau tidur, saat berjalan, saat berkata-kata, saat makan saat-saat ketika menunggu sesuatu, maka jangan lewatkan sejengkal ilmu dari diri. Sang ayah tau bahwa keberhasilan dari keluarga besarnya karena telah menerapkan sistem tersebut, maka dia ingin anaknya mendapatkan hal serupa seperti dia.

Di sepanjang perjalanan sang ayah memulai pelajarannya :

" Lihatlah nak, betapa kaya dan subur negeri kita, betapa indah gunung dan ngarai yang ada di kejahuan sana, kau dapat menikmati itu semua karena engkau diberi mata oleh Yang Maha Kuasa. Betapa hebatnya mata kita yang telah Dia beri, sehingga manusiapun tidak bisa membuat duplikatnya, maka berhati- hatilah dalam menggunakan matamu agar tidak sesat dalam memandang"

sebuah pelajaran moral telah diluncurkan...dan sang anak mendengarkan dengan seksama.
Kemudian mereka berhenti sejenak dipinggir sebuah pancuran..

"Dengarkan gemericik air yg mengalir ini, kau dapat mendengarkan karena telah diberi telinga oleh Yang Maha Kuasa, maka sebagai ucapan syukur kepada Nya dengarkanlah hal-hal yang baik, karena itu yg akan memberi nada indah dalam hidupmu"

sang anak terdiam untuk memahami, satu lagi pelajaran tentang spiritual di letakkan, dan sang ayah tersenyum.
Mereka melanjutkan perjalanan, sang ayah sambil mengayuh sepeda bebicara,

"Demikan juga dengan mulut kita, Yang Maha Kuasa telah memberikannya kepada kita, agar melalui ucapan kita, kita memilih kata-kata yang berguna dan bermanfaat, itulah salah cara kita memuja Sang Pencipta, dengan memelihara perkataan mulut kita yang....

ngeeeeeeeeeeeeenggggggggg...geeeeeeeeeeeeeengg.................................. diiiinnnnn....diiinnnnnnnnnnnnnnnn...................citttttttttt...citttttttttttttttttttt..
......sreeeeeeeeeettttttttt..........guuuuubrakkkkkkkkkkkkkkk

nguuueeeeeeeeenggggggggggggggggggg.....................

"anak setan...duancuk....wedusssssssssss.....uaaasuuuuuuuu.....moto picek...modiiiaaarr ooo ketabrak truk....!!!!!!!!"

Sang anak hanya melongo menyaksikan sang ayah yang sedang menyumpahi sambil mengacung-acung kan tangannya yang mengepal kepada seoarang anak yang naik motor dan barusan menyerempet mereka.


(pendidikan terlebih bukan dari perkataan, dan banyaknya teori, namun konkritnya terletak dari sikap dan perbuatan dari si pendidik yang telah menjadi contoh hidup)

Tidak ada komentar: