Sabtu, 31 Juli 2010

obat

(mengingat ketika masih bekerja di Laboratorium Farmasi)

Obat yang kita kenal sehari2 adalah sebentuk sediaan yang dibuat oleh pabrik Farmasi sebagi salah satu sarana dalam memberikan terapi terhadap penyakit yang kita alami. Obat dapat terbuat dari bahan herbal ataupun kimiawi. Sebuah obat bisa memberikan efek terapi jika didlam obat tersebut mengandung zat berkasiat dan kandungan zat berkasiat sesuai dengan bakuan tetap sehingga dapat memberikan efek terapi yg sesuai dengan usia dan berat badan seseorang.

Dalam perjalanan pembuatan obat sampai obat tersebut dipasarkan di pasaran, kandungan obat yang telah mempunyai expire date tertentu akan tetap dipantau oleh bagian Quality Control pabrik Farmasi tersebut, yang disebut dgn uji Validitas, hal ini dilakukan untuk mengontrol kualitas obat masih layak tidaknya dikonsumsi oleh manusia dalam jangka waktu tertentu. Jika ternyata validitas obat mengalami penurunan dalam kurun waktu tertentu sebelum obat tersebut expire date, maka bagian R&D akan melakukan uji formulasi obat kembali, untuk dapat ditetapkan suatu kondisi obat yang stabil sesuai dgn jangka waktu obat tersebut ex-date.

Inilah yang akan dikerjakan oleh bagian Quality Control ketika memvalidasi kadar sebuah obat. 1 butir obat adalah sebuah sediaan yang terdiri atas, zat berkasiat dan zat tambahan. Sehingga jika kita pernah minum obat misal Panadol, maka satu butir Panadol akan terdiri atas 500 mg Paracetamol (zat berkasit) dan 200 mg zat tambahan sehingga total berat dari 1 butir obat adalah 700 mg. Zat tambahan ini berupa zat perekat, zat pemanis, zat pengawet, zat anti jamur, zat pengeras, jika ingin mengetahui berapa % kadar zat berkasiat, maka obat tersebut harus diextraksi terlebih dahulu untuk melepas segala zat tambahan, sehingga diperoleh zat berkasiatnya, baru zat berkasiat yg dipoeroleh ditentukan berapa % kadarnya dengan metode penetapan yg sesuai. Jika dalam pengukuran kadar zat berkasiat masuk dalam +- 100% maka validitas obat tersebut masih baik. Dan formulasi akan obat tersebut tetap dipertahankan.

Saya mencoba merefleksikan pengalaman penetapan zat berkasiat ini dalam kehidupan saya. Dalam ujud kelahiran, saya tercipta dalam naungan zat berkasiat Illahi, sejalan dengan perjalanan hidup saya, maka bertambahlah zat tambahan seperti pendidikan, pangkat, kekayaan, kehormatan dan lain sebagainya. Zat bekasiat saya berbaur dengan zat tambahan dalam hidup, dan memberikan predikat "SAYA"

Jika suatu saat yang empunya hidup ingin mengetahui atau memvaliditas zat berkasiat yg masih ada dalam hidup saya, kmd saya diextraksi, mulai dari gelar, pendidikan, pangkat, pekerjaan, trah, kehormatan bahkan fisik, maka pertanyaannya :
1. Masih ditemukan kah zat berkasiat yg dari Illahi dalam hidup kita?
2. Kalau masih ada, berapa % kah kadarnya? Masih 100% atau berkurang?

Kita ketahui bersama bahwa zat berkasiat Illahi adalah, suka cita, damai sejahtera, kerendahan hati, sabar, kasih, lemah lembut, tidak sombong, murah hati, mengampuni...inti kehidupan yg dimikili oleh Sang Khalik yang dihembuskan kepada kita saat kita bakal janin, saat kita masih dalam bentuk embrio, terekam dalam rahim sang bunda, dan kita tak tau kapan waktu peng hembusan zat berkasiat Illahi itu terjadi, namun tanpa kita sadari itu berada dalam hidup kita.

Saat tutup buku kehidupan kita berakhir, laporan pertanggung jawaban apa yang bisa kita berikan kepada Sang Khalik atas zat berkasiat Illahi yang telah di berikan kepada kita?

Tidak ada komentar: