Sabtu, 31 Juli 2010

pencipta

Pulang sekolah, anakku berseru dengan gembira.."mama lihat aku punya plastisin, aku punya 3 buah, bu guru yang kasih" sambil tangan mungilnya terulur menunjukan 3 buah plastisin kearahku, berbentuk empat persegi panjang berwarna-warni. Setelah menjalankan upacara ritualnya, yaitu ganti baju, meletakkan baju seragam ke ember, menaruh sepatu di rak sepatu, trus cuci kaki dan tangan, maka mulailah jagoanku mengexplore plastisinnya dibentuk2 sesuai imajinasi dia.

Tak berapa lama kulihat ada beberapa macam bentukan yang dia buat dari plastisinnya, aku mencoba bertanya,"ini apa dik?" dengan bangga dia menjawab sambil menunjuk satu persatu " Ini ular..ini kereta Argo lawu..., ini kapal terbang..., ini astronot..., ini kapal induk..ini roti ulang tahun..,ini roket..dan yang ini aku sama mama" Aku terhenyak..jujur semua yang dia sebutkan tak ada satupun bentuk yg bisa menggambarkan apa yg dia ucapkan. Seperti waktu dia bilang ini roket...buat aku lebih pantas kalo itu disebut ulekan dari pada sebuah bentuk roket. Apalagi waktu dia menunjuk ..ini aku sama mama...duh, mungkin lebih tepat kalo aku bilang itu bentukan pentol korek..aku cuma mengangguk mengiyakan, meski hati ga setuju, namun aku tak mau mengecawan hatinya yg lugu itu.

Lanjutnya.."ma aku pinter kan? buatanku bagus kan? Nilai ku A ya ma..." Iya..jawabku mebuat matanya berbinar senang.

Sebuah ciptaan, sebuah karya..dari si pencipta, bagaimanapun wujud ciptaan itu, adalah suatu expresi, suatu proyeksi diri, dan menggambarkan tentang aktualisasi diri, dan sejatinya, ciptaan atau karya adalah hati dan diri dari si penciptanya. Seperti seorang seniman lukis membuat lukisan, maka lukisan itu merupakan dirinya yg dia expresikan di atas kanvas, apapun bentuknya.

Aku termenung sesaat, aku memandang diriku sendiri. Aku adalah ciptaan Sang Pencipta. Berarti aku juga merupakan expresi dari Sang Pencipta itu sendiri, orang-orang yang ada disekililingku, yang cantik..yang pintar..bahkan yang cacat sekalipun..semua adalah expresi Sang Pencipta.

Jika ada si cacat bertanya.."dosa siapakah ini sehingga aku cacat?" oh..tak ada yang berdosa, bahkan orang tuanyapun tidak, engkau adalah expresi Sang Pencipta, di MataNya engakau tetap indah, mungkin orang akan memandang engkau sebelah mata .., itu benar..dan tak tak perlu disangkal.. ya..sebab engkau bukan ciptaan mereka, maka layaklah mereka mencela..sebab engkau bukan expresi dari kekayaan batinnya. Namun lihatlah..adakah Borobudur menjadi runtuh keagungannya ketika ada cicak yang ber tai disana? Sang Pencipta tetap memandang engkau sebuah keagungan yg tak ternoda atas sebuah celaan.

Aku terhanyut dalam perenunganku, jika aku pernah mencela...membenci...merusak orang lain..berarti aku telah merusak hati Sang Pencipta. Seperti aku akan membuat sedih hati anakku bila aku mencela roket buatannya dan aku mengatakan itu ulekan dan bukan roket.

Jadi siapakah aku dan mereka? Kesadaran untuk memahami bahwa kita adalah expresi hati dan jiwa Sang Pencipta akan membawa kita dapat menghargai "sesama"

Tidak ada komentar: