Aku menatap langit yang semakin lama memudar diremang mentari yang semakin menghilang. Masih teringat dengan jelasakan semua percakapan baru saja
" kenapa engkau memilihnya ? Aku sungguh mencintaimu, dan aku berharap engkau mencintaiku juga "
aku terdiam, kulihat pada kedua matanya menunjukkan rasa kekecewaan yang dalam.
" aku memilih dia untuk menjadi kekasihku "
" dan kau mencampakkan aku ? "
" aku tidak mencampakkanmu, terima kasih engkau telah mempunyai rasa cinta kepadaku, aku menghargainya, tapi bukan berarti aku harus memilihmu untuk menjadi kekasihku "
kulihat engkau menghela nafas panjang, pelan kau keluarkan sebatang rokok dari kantong kemejamu dan kau sulut. asap mulai terbentuk dari bibirmu.
" pasti dia orang yang istimewa sehingga engkau memutuskan untuk memilihnya "
matamu memandangku tajam
" iya " jawabku
" bagiku dia sungguh istimewa, tapi bukan dia yang istimewa, namun semua sikapnya telah menjadikan aku menjadi istimewa di matanya. bukan maksudku membandingkanmu dengan dirinya, rasa percaya dirinya telah mengembalikan rasa percaya diriku untuk dapat menerima diriku sebagaimana adanya, dan terlebih dari itu adalah dia tak pernah memintaku untuk mencintainya, namun dari sikap itulah aku menjadi mencintainya. dia telah menempatkan aku secara istimewa di hatinya meskipun dia tak pernah mengatakan namun dari sikap nya aku tahu "
jemari kirimu menarik rambut kepalamu ke belakang, rona memerah menjalar di seluruh wajahmu
"ingin rasanya memilikimu sepenuhnya, menikahimu, dan kau melahirkan anak dari benihku, masa tuaku ingin bersama dengan mu di sampingku "
"maafkan aku, aku sudah menentukan pilihan, dan kau tahu cinta bertepuk sebelah tangan jika dipaksakan tak akan membawa kedamaian"
engkau beringsut pelan, kulihat ada air mata menetes di sana, aku hanya bisa terdiam, aku tahu hatinya terluka atas cintanya kepadaku, tapi akupun juga tak akan melukai hatiku.
senja memberi warna hitam, sebentar lagi malam menyelimuti, dan aku percaya setelah malam berlalu pasti akan hadir pagi
" kenapa engkau memilihnya ? Aku sungguh mencintaimu, dan aku berharap engkau mencintaiku juga "
aku terdiam, kulihat pada kedua matanya menunjukkan rasa kekecewaan yang dalam.
" aku memilih dia untuk menjadi kekasihku "
" dan kau mencampakkan aku ? "
" aku tidak mencampakkanmu, terima kasih engkau telah mempunyai rasa cinta kepadaku, aku menghargainya, tapi bukan berarti aku harus memilihmu untuk menjadi kekasihku "
kulihat engkau menghela nafas panjang, pelan kau keluarkan sebatang rokok dari kantong kemejamu dan kau sulut. asap mulai terbentuk dari bibirmu.
" pasti dia orang yang istimewa sehingga engkau memutuskan untuk memilihnya "
matamu memandangku tajam
" iya " jawabku
" bagiku dia sungguh istimewa, tapi bukan dia yang istimewa, namun semua sikapnya telah menjadikan aku menjadi istimewa di matanya. bukan maksudku membandingkanmu dengan dirinya, rasa percaya dirinya telah mengembalikan rasa percaya diriku untuk dapat menerima diriku sebagaimana adanya, dan terlebih dari itu adalah dia tak pernah memintaku untuk mencintainya, namun dari sikap itulah aku menjadi mencintainya. dia telah menempatkan aku secara istimewa di hatinya meskipun dia tak pernah mengatakan namun dari sikap nya aku tahu "
jemari kirimu menarik rambut kepalamu ke belakang, rona memerah menjalar di seluruh wajahmu
"ingin rasanya memilikimu sepenuhnya, menikahimu, dan kau melahirkan anak dari benihku, masa tuaku ingin bersama dengan mu di sampingku "
"maafkan aku, aku sudah menentukan pilihan, dan kau tahu cinta bertepuk sebelah tangan jika dipaksakan tak akan membawa kedamaian"
engkau beringsut pelan, kulihat ada air mata menetes di sana, aku hanya bisa terdiam, aku tahu hatinya terluka atas cintanya kepadaku, tapi akupun juga tak akan melukai hatiku.
senja memberi warna hitam, sebentar lagi malam menyelimuti, dan aku percaya setelah malam berlalu pasti akan hadir pagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar