Rasa ini membucah , gerah, saat permintaan yang kau ajukan kepadaku tidak dapat kupenuhi.
"mak..aku pingin roti yang ada gulanya itu...yang diatas ada coklatnya.."
Sebentuk roti, yang kau bilang adalah roti ulang tahun, seperti yang pernah kau lihat di telivis,i ada lilin diatasnya. Dan selalu permintaan-permintaan kecilmu aku jawab,
"emak belum punya uang sayang..untuk beli roti itu, uang emak sekarang belum cukup..nanti ya kalo emak sudah mendapat bayaran dari ndoro putri"
Dan berapa kali permintaan-permintaan kecil mu selalu aku tolak, dengan sebuah alasan yang sama, dan aku ingin kau memahaminya dengan otak kecilmu, yang belum waktunya untuk memahami arti empati, empati terhadap kondisi emaknya yang tak mampu mencukupi keinginan-keinginan mu yang sangat sepele bagi mereka yang mempunyai uang.
Aku tidak sedang membandingkan kehidupanku dengan mereka yang berkecukupan, bahkan aku tidak mengirikan atas keberhasilan mereka atas hidup mereka, aku hanya tidak rela anakku ikut terimbas atas sengsara yang aku alami. Kalau boleh memilih, akupun ingin anakku hidup layak seperti mereka yang bisa menikmati arti kecukupan. Terlelap dalam buaian alam yang tak menyengat, dan terkenyangkan oleh masa depan yang tak tergoyahkan. Siapapun orang tua tak mengharapkan anaknya menderita, bahkan aku ingin mengukir dalam ingatan anakku tentang mimpi-mimpi indahnya bersama barbie yang menjadi idamannya,
"aku ingin seperti barbie mak..."
Dan aku paham akan permintaanmu itu nak. Bukan hanya baju lusuh yang bisa kuberikan kepadamu, bukan pula sisa makanan yang tak termakan yang kau kenyam, bukan pula dinding lapuk yang menaungi engkau dari dinginnya malam. Bahkan kuingin menyunting pelangi..rembulan dan mentari untuk menghiasi hari-harimu sehingga senyummu selalu terkembang. Aku tak mau kehilangan senyumanmu yang selalu menjadi penghalau penat saat hari-hari ku sarat dengan beban dan dera dalam mengarungi hidup ini.
Aku tidak menyalahkan keadaan, karena aku hanya seorang babu, yang hanya mempunyai uang apabila dibayar oleh juraganku atas menit yang aku taburkan dalam tugas yang telah dibebankan kepadaku. Akupun tidak menuduh bahwa ini semua tak adil. Nak Tuhan tetap adil, ketika kau bertanya
" Mak..Tuhan marah kepada kita ya? kenapa kita miskin? Kenapa dia tidak adil kepada kita?"
Ooo alah..jangan pernah menyebut nama Tuhan Allah mu dengan sembarangan, jangan nak, ora ilok, Gusti Allah adil, apapun keadaan diri kita, Gusti Allah itu adil. Tidakkah kau lihat, bahwa Dia memberikan hujan dan sinar matahari kepada yang miskin dan yang kaya? kepada yang jahat dan yang baik? Kalau Gusti Allah tidak adil, maka cahaya mentari tidak pernah dapat kita nikmati karena kita orang miskin. Ingat ya nak..apapun keadaan diri kita, kita ga layak menghujat Gusti Allah.
"mak..tapi aku pingin seperti mereka, kapan emak kaya?"
Aku terdiam...sungguh bukan pertanyaan yang dapat aku jawab dengan cepat. kaya..? sampai modarpun kalo aku cuma babu pencuci baju, tak mungkin aku menjadi kaya seperti yang diinginkan anakku. Kecuali bila saat ini ada yg datang kepadaku dan memberikan warisan sebanyak 100 milyard. Aku paham kegelisahan hatimu nak...emakmu ini sangat paham..dan bukan tujuanku melahirkan engkau dalam satu kemiskinan, dan akupun tidak bisa menjawab kenapa aku masuk dalam kelas miskin, kalau boleh memilih akupun akan memilih menjadi orang yang kaya, yang berkecukupan, sehingga aku tidakk beralasan setiap kali engkau merengek minya sesuatu kepadaku. Namun aku tak ingin menanamkan kegelisahan hatimu dengan semangat yang pudar. Lihatlah meskipun emakmu babu, namun masih bisa memberi, dan tidak hanya ngathung, meminta belas kasihan
Aku hendak mengajarkan kepadamu nak...yang disebut orang yang kaya, bukanlah dihitung dengan jumlah harta yang mereka punya, namun, luas hati dalam memberi. Nak, kita boleh miskin dalam harta, namun jangan sampai miskin dalam hati.biarlah kita mempunyai hati untuk selalu memberi. Orang yang miskin adalah orang yang mempunyai namun tidak mau memberi.
Ah mungkin kau belum paham..aku maklumi. Otakmu baru bisa mencerna akan arti ada yang didepan mata, maafkan emakmu yang menginginkan kau cepat paham akan arti sebuah kehidupan.
Malam ini mungkin engkau masih mempunyai mimpi akan roti yang berlapis gula itu, tunggulah nak..besok jika ada rezeki kita akan membelinya, supayaeng kau pun bisa sejenak menikmati menjadi orang kaya dalam harta, meski hanya dalam bentuk mencercap roti ulang tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar