( ..dan aku terdiam…. hanyut dalam sentuhanmu, yang mampu menyegarkan kembali jiwa2 ku yg hampir mati karena duka dan derita…….)
Sore menjelang malam, diiringi irama jengkerik yang berkumandang di dahan-dahan padi, dan lantunkan tembang senja di sela-sela geliat dedaunan yang dibelai lembut desah angin. Ah…. alam begitu kompak dalam menyambut sang rembulan keluar dari peraduannya. Anakku lanang, Satrio, atau kami sering memanggilnya Iyo, menyambutnya dengan belajar. Belajar, suatu rutinitas baru sebagai anak TK yang sedang kami tanamkan sebelum dia masuk ke SD, agar tidak kaget ketika mengalami suatu perubahan pola pendidikan dari TK ke SD.
Tidak terlalu memaksakan apa yang harus dipelajari, sebatas membiasakan waktu, bahwa jam 19.00 WIB waktu untuk belajar, dan harus meninggalkan aktifitas bermain ataupun menonton telivisi. Dalam hal ini kreatifitas kami sebagi orang tua tertantang untuk mencitakan modifikasi belajar yang inovatif supaya si anak mau untuk belajar. Karena kami tau betul, Iyo bukan type anak yang suka diam dan duduk manis kemudian melakukan aktifitas yang damai di meja, maka kami yang menyesuaikan supaya dalam geraknya dia juga belajar. Kegiatan yang dia suka adalah main game di computer, maka untuk belajar kali ini aku beri tugas untuk menulis kalimat di computer dgn memakai program Microsoft word.
Aku dikte dia untuk menulis kata-kata sederhana dan dan masing-masing kalimat ditulis ulang sampai 5 kali. Ada 3 soal yang aku berikan, yaitu menulis;
1. Baju saya baru,
2. Topi saya biru,
3. Mata saya dua.
Beralih dari bermain ke belajar memang mempunyai suatu beban tersendiri, dan aku maklum, memang membiasakan satu pola yg baru bukanlah perkara yg mudah, harus selalu dilakukan berulang sehingga membentuk kebiasaan dan beralih ke suatu karakter, mengingat bulan Juli nanti, Iyo sudah masuk SD kelas 1 maka karakter belajar harus sudah terbentuk.
Nampaknya kantuk mulai mengintip di kelopak matanya, dan efek yang ditimbulkan adalah sikap merajuk dan uring-uringan, ketidak mampuan untuk mengungkapkan rasa yang sedang dia rasakan membuat emosinya keluar menjadi kemarahan yang tidak jelas.
“nanti kalo tulisanku sudah selesai aku diberi hadiah ya ma…”
“ lho..belajar kok pake minta hadiah, mas Iyo belajar kan biar pinter, biar pinter menulis…, pinter membaca… “
“ tapi aku mau minta hadiah, sekarang!!!…cepat…!!..ayo ke toko…!! “
………..@#***$#.........%^&##@............!!!!!...
Mulai tidak rasional, betapapun aku berbicara dalam kata-kata logika, namun matanya sudah berkaca-kaca dan siap untuk ngamuk. Kata dilawan kata…Akhirnya..
“ Sini sayang..dekat mama..”
kuraih tangannya yang mungil dan kudekap dia dalam pelukanku..kugendong
“ mas Iyo sedih.? Mas Iyo Jengkel? Mas Iyo pengen marah?”
Dia mengangguk..bibirnya sudah tertarik kebawah menahan tangis
Kuciumi kepalanya yg bermodel rambut bros pendek… Dan kuelus.
“ Digendong mama pake jarik mau? “
dia mengangguk, dan air matanya sudah meleleh bersama ingusnya
Kugendong dia pake jariknya semasa dia masih bayi, kuajak dia keluar rumah dan berjalan keujung jalan dekat sawah. Dalam gendongan jarik kurasakan dia meringkuk dan memeluk aku. Di sepanjang jalan aku bercerita tentang bulan, tentang bintang, tentang padi, tentang alam, kepalanya bersandar di tangan kiriku, matanya yang bening menatapku memperhatikan setiap cerita yang aku berikan. Tak kulepas elusan di kepalanya selama aku bercerita. Dan dia merasa damai…dalam lagu “ kupu kuwi tak encup e “ akhirnya dia tertidur dalam gendongan. ( dan jangan tanya, memang berat menggendong anak usia 6 th pake jarik, tapi mjd ringan ketika ada kedekatan yang tercipta disana )
Mendamaikan suasana, atau dalam bahasa jawanya ngerih-erih, bisa dilakukan dengan banyak cara, yang intinya adalah menjadikan kondisi yang panas menjadi dingin kembali. Bisa dengan kata-kata ataupun dalam sentuhan. Bagaikan api, akan padam jika diguyur dgn air, ngerih-erih pada prinsipnya mengalirkan hawa dingin kedalam hati yang panas supaya adem kembali.
Suasana tidak akan menjadi dingin jika panas dilawan dengan panas, jika kata dilawan dengan kata, jika kutub beradu dengan kutub yang sejenis, harus ada lawan kata. Panas dengan dingin, kutub selatan degan kutub utara, kata kasar dengan kata yang halus. Menetralisir kondisi. Tujuan yang dicapai adalah terciptanya kedamaian. Namun ada kalanya kata-kata menjadi tidak berdaya, maka jalan lain yang bisa ditempuh adalah dengan sentuhan.
Betapa hebat emosi seseorang jika dia mendapat satu sentuhan yang lembut, maka emosi akan menuju ke titik 0. Ada suatu kontak psikologis yang mempengaruhi kondisi fisik sehingga kemarahan seseorang akan reda karena sentuhan. Satu sentuhan memberikan suatu makna “ aku tahu tentang keadaanmu, dan aku ada dipihakmu” Sentuhan adalah bentuk komunikasi dasar yang dikenal oleh manusia ketika kali pertama tercipta. Bakal bayi, atau janin adalah ada akibat sentuhan sel telur oleh spermatozoa, dan janin tumbuh berkembang dalam uterus atau rahim dalam sentuhan plasenta yang melekat di endometrium. Seorang bayi yang menangis akan diam ketika ada tangan yang menggendongnya. Anak buah merasa berarti ketika atasannya memberi pujian lewat tepukan dan sentuhan tangan di pundaknya. Seorang tamu merasa diterima ketika mendapat jabat tangan dan rangkulan yang hangat dari tuan rumah.
Satu sentuhan memberikan dampak yg luas, dan bukan tindakan yang mahal ataupun sukar untuk dikerjakan. Satu sentuhan mewakili 1000 kata-kata yang terucap. Satu sentuhan mampu mencairkan hati yang membeku, dan mendinginkan hati yang memanas. Satu sentuhan mengatakan dengan lantang “ aku mencintaimu” Tak perlu menunggu sampai nanti. Maka sekarang, mulailah memberikan sentuhan yang berarti kepada orang-orang yang terdekat dengan kita…dan lihatlah, akan bermekaran kembali hati-hati yang telah layu, bersemi kembali jiwa-jiwa yang akan pudar, dan mewangi kembali semangat-semangat yg hampir patah…
Sore menjelang malam, diiringi irama jengkerik yang berkumandang di dahan-dahan padi, dan lantunkan tembang senja di sela-sela geliat dedaunan yang dibelai lembut desah angin. Ah…. alam begitu kompak dalam menyambut sang rembulan keluar dari peraduannya. Anakku lanang, Satrio, atau kami sering memanggilnya Iyo, menyambutnya dengan belajar. Belajar, suatu rutinitas baru sebagai anak TK yang sedang kami tanamkan sebelum dia masuk ke SD, agar tidak kaget ketika mengalami suatu perubahan pola pendidikan dari TK ke SD.
Tidak terlalu memaksakan apa yang harus dipelajari, sebatas membiasakan waktu, bahwa jam 19.00 WIB waktu untuk belajar, dan harus meninggalkan aktifitas bermain ataupun menonton telivisi. Dalam hal ini kreatifitas kami sebagi orang tua tertantang untuk mencitakan modifikasi belajar yang inovatif supaya si anak mau untuk belajar. Karena kami tau betul, Iyo bukan type anak yang suka diam dan duduk manis kemudian melakukan aktifitas yang damai di meja, maka kami yang menyesuaikan supaya dalam geraknya dia juga belajar. Kegiatan yang dia suka adalah main game di computer, maka untuk belajar kali ini aku beri tugas untuk menulis kalimat di computer dgn memakai program Microsoft word.
Aku dikte dia untuk menulis kata-kata sederhana dan dan masing-masing kalimat ditulis ulang sampai 5 kali. Ada 3 soal yang aku berikan, yaitu menulis;
1. Baju saya baru,
2. Topi saya biru,
3. Mata saya dua.
Beralih dari bermain ke belajar memang mempunyai suatu beban tersendiri, dan aku maklum, memang membiasakan satu pola yg baru bukanlah perkara yg mudah, harus selalu dilakukan berulang sehingga membentuk kebiasaan dan beralih ke suatu karakter, mengingat bulan Juli nanti, Iyo sudah masuk SD kelas 1 maka karakter belajar harus sudah terbentuk.
Nampaknya kantuk mulai mengintip di kelopak matanya, dan efek yang ditimbulkan adalah sikap merajuk dan uring-uringan, ketidak mampuan untuk mengungkapkan rasa yang sedang dia rasakan membuat emosinya keluar menjadi kemarahan yang tidak jelas.
“nanti kalo tulisanku sudah selesai aku diberi hadiah ya ma…”
“ lho..belajar kok pake minta hadiah, mas Iyo belajar kan biar pinter, biar pinter menulis…, pinter membaca… “
“ tapi aku mau minta hadiah, sekarang!!!…cepat…!!..ayo ke toko…!! “
………..@#***$#.........%^&##@............!!!!!...
Mulai tidak rasional, betapapun aku berbicara dalam kata-kata logika, namun matanya sudah berkaca-kaca dan siap untuk ngamuk. Kata dilawan kata…Akhirnya..
“ Sini sayang..dekat mama..”
kuraih tangannya yang mungil dan kudekap dia dalam pelukanku..kugendong
“ mas Iyo sedih.? Mas Iyo Jengkel? Mas Iyo pengen marah?”
Dia mengangguk..bibirnya sudah tertarik kebawah menahan tangis
Kuciumi kepalanya yg bermodel rambut bros pendek… Dan kuelus.
“ Digendong mama pake jarik mau? “
dia mengangguk, dan air matanya sudah meleleh bersama ingusnya
Kugendong dia pake jariknya semasa dia masih bayi, kuajak dia keluar rumah dan berjalan keujung jalan dekat sawah. Dalam gendongan jarik kurasakan dia meringkuk dan memeluk aku. Di sepanjang jalan aku bercerita tentang bulan, tentang bintang, tentang padi, tentang alam, kepalanya bersandar di tangan kiriku, matanya yang bening menatapku memperhatikan setiap cerita yang aku berikan. Tak kulepas elusan di kepalanya selama aku bercerita. Dan dia merasa damai…dalam lagu “ kupu kuwi tak encup e “ akhirnya dia tertidur dalam gendongan. ( dan jangan tanya, memang berat menggendong anak usia 6 th pake jarik, tapi mjd ringan ketika ada kedekatan yang tercipta disana )
Mendamaikan suasana, atau dalam bahasa jawanya ngerih-erih, bisa dilakukan dengan banyak cara, yang intinya adalah menjadikan kondisi yang panas menjadi dingin kembali. Bisa dengan kata-kata ataupun dalam sentuhan. Bagaikan api, akan padam jika diguyur dgn air, ngerih-erih pada prinsipnya mengalirkan hawa dingin kedalam hati yang panas supaya adem kembali.
Suasana tidak akan menjadi dingin jika panas dilawan dengan panas, jika kata dilawan dengan kata, jika kutub beradu dengan kutub yang sejenis, harus ada lawan kata. Panas dengan dingin, kutub selatan degan kutub utara, kata kasar dengan kata yang halus. Menetralisir kondisi. Tujuan yang dicapai adalah terciptanya kedamaian. Namun ada kalanya kata-kata menjadi tidak berdaya, maka jalan lain yang bisa ditempuh adalah dengan sentuhan.
Betapa hebat emosi seseorang jika dia mendapat satu sentuhan yang lembut, maka emosi akan menuju ke titik 0. Ada suatu kontak psikologis yang mempengaruhi kondisi fisik sehingga kemarahan seseorang akan reda karena sentuhan. Satu sentuhan memberikan suatu makna “ aku tahu tentang keadaanmu, dan aku ada dipihakmu” Sentuhan adalah bentuk komunikasi dasar yang dikenal oleh manusia ketika kali pertama tercipta. Bakal bayi, atau janin adalah ada akibat sentuhan sel telur oleh spermatozoa, dan janin tumbuh berkembang dalam uterus atau rahim dalam sentuhan plasenta yang melekat di endometrium. Seorang bayi yang menangis akan diam ketika ada tangan yang menggendongnya. Anak buah merasa berarti ketika atasannya memberi pujian lewat tepukan dan sentuhan tangan di pundaknya. Seorang tamu merasa diterima ketika mendapat jabat tangan dan rangkulan yang hangat dari tuan rumah.
Satu sentuhan memberikan dampak yg luas, dan bukan tindakan yang mahal ataupun sukar untuk dikerjakan. Satu sentuhan mewakili 1000 kata-kata yang terucap. Satu sentuhan mampu mencairkan hati yang membeku, dan mendinginkan hati yang memanas. Satu sentuhan mengatakan dengan lantang “ aku mencintaimu” Tak perlu menunggu sampai nanti. Maka sekarang, mulailah memberikan sentuhan yang berarti kepada orang-orang yang terdekat dengan kita…dan lihatlah, akan bermekaran kembali hati-hati yang telah layu, bersemi kembali jiwa-jiwa yang akan pudar, dan mewangi kembali semangat-semangat yg hampir patah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar