Gadis itu membuka genggaman tangannya. Sebentuk test pack dengan
hasil positif berwarna merah berada disana. Dengan langkah penuh
kepercayaan diri, dia pulang ke rumah. Benda itu akan dijadikannya
senjata untuk melawan penolakan orang tuanya terhadap pacarnya.
Rumah nampak sepi, dia tahu, sekitar jam 15.00 mamanya akan berada di meja makan untuk memakan aneka buah dan sayuran, sebuah rutinitas yang dijalankan mamanya dalam program diet.
Dengan langkah mantap dia mendekati mamanya
"ma...Sinta mau ngomong "
mamanya mendongakkan kepalanya
"ya Sinta...bicaralah, mama mendengarakan"
" Emmm...sudah 3 bulan ini Sinta tidak mendapat menstruasi, Sinta hamil ma..." sambil tangannya menyerahkan test pack yang ada di genggamannya kepada mamanya.
mamanya memandang wajah Sinta tak bergeming, tidak nampak sebuah kekagetan ataupun rasa sedih yang menjalar di rona wajahnya.
"Ini benihnya Arga" Sinta berusaha mencari-cari raut kemarahan di wajah mamanya namun tak didapatkan.
Mereka berdua terdiam. Buah mangga yang baru separuh dikupas, diletakkan nya di piring. Dalam helaan nafas yang panjang mamanya berucap
"mama sudah mengira hal ini akan terjadi. Sebagai rasa protesmu terhadap mama dan papa karena kami tidak mengijinkan kamu pacaran dengan Arga. Dan ini akan kau jadikan senjata agar kami merestuimu dengan adanya bayi di dalam rahimmu. Bkan tanpa alasan kami melarangmu berpacaran dengan Arga.. ADa hal yang sifatnya mendasar, dimana kami tidak menginginkan Arga suatu saat menjadi menantu mama papa. Pada dasarnya mama suka dengan kepribadian Arga, tak ada yang salah"
"lantas kenapa selama ini mama papa selalu menentang hubungan kami ? bahkan kita tiap hari bertengkar hanya gara-gara Arga ? dan selalu ssetiap aku menanyakan kenapa aku tidak boleh berpacaran dengan Arga,mama dan papa selalu mengelak?"
AC yang terpasang dalam ruang makan tak mampu mengusir titik keringat yang menetes di dahi Sinta.
"Sinta...maafkan mama, maafkan kami, karena kami tidak bisa memberikan jawaban atas apa yang kau tanyakan. mestinya akami jujur sejak awal kepadamu"
"jadi selama ini mama dan papa menyembunyikan sesuatu dari Sinta?"
"ya..."
"tentang Arga ?"
"ya tentang Arga, terutama tentang keluarganya."
diam menyelimuti mereka berdua, secara pelan mama membuka pembicaraan
"Dulu sewaktu masih muda, mamanya Arga adalah pacar papamu Sinta. Mereka nyaris bertunangan sampai suatu saat ada kerabat dari mamanya Arga yang kebetulan teman eyangmu mengatakan jika keluarga dari mamanya Arga ada keturunan down syndrome. Saat eyangmu mengetahui maka pertunangan itu dibatalkan sepihak. Akhirnya papamu dijodohkan dengan mama dan mamanya Arga dipinang oleh teman kuliahnya. Arga bukanlah anak pertama seperti yang kamu kira, dia mempunyai 2 orang kakak namun mereka meninggal dan dua-duanya down syndrome. kemudian lahir Arga dan adiknya"
Sinta terdiam
"kekuatiran kami jika kalian menikah, gen yg tidak kami kehendaki itu masuk ke dalam bayi kamu, makanya sebelum terlanjur jauh, kami berusaha memisahkan kalian"
Dunia berputar, rasa pening menjalar di kepala Sinta dan tiba-tiba semua menjadi gelap
====
"Sinta..Sinta....bangun nak..."
Suara mamanya memanggil dengan lembut, Sinta terbangun kemudian dia terisak
"maafkan Sinta ma...maafkan Sinta...Sinta takut......Sinta sekarang merasa takut, Sinta ga siap jika bayi Sinta down syndrome..Sinta harus bagaimana ma ?"
Sinta menangis terisak-isak dipelukan mamanya
"dalam bisikan lembutnya, mama menjawab
"kita akan hadapi bersama, apapun yang terjadi bayi itu harus tetap hidup, bagimanapun keberadaanya, kita berdoa agar dia normal seperti bayi-bayi lainnya"
Suara adzan magrib mengiringi langkah Sinta untuk bersujud dihadapan Sang Khalik memohon ampun akan kesongkakan diri terhadap orang tua.
Rumah nampak sepi, dia tahu, sekitar jam 15.00 mamanya akan berada di meja makan untuk memakan aneka buah dan sayuran, sebuah rutinitas yang dijalankan mamanya dalam program diet.
Dengan langkah mantap dia mendekati mamanya
"ma...Sinta mau ngomong "
mamanya mendongakkan kepalanya
"ya Sinta...bicaralah, mama mendengarakan"
" Emmm...sudah 3 bulan ini Sinta tidak mendapat menstruasi, Sinta hamil ma..." sambil tangannya menyerahkan test pack yang ada di genggamannya kepada mamanya.
mamanya memandang wajah Sinta tak bergeming, tidak nampak sebuah kekagetan ataupun rasa sedih yang menjalar di rona wajahnya.
"Ini benihnya Arga" Sinta berusaha mencari-cari raut kemarahan di wajah mamanya namun tak didapatkan.
Mereka berdua terdiam. Buah mangga yang baru separuh dikupas, diletakkan nya di piring. Dalam helaan nafas yang panjang mamanya berucap
"mama sudah mengira hal ini akan terjadi. Sebagai rasa protesmu terhadap mama dan papa karena kami tidak mengijinkan kamu pacaran dengan Arga. Dan ini akan kau jadikan senjata agar kami merestuimu dengan adanya bayi di dalam rahimmu. Bkan tanpa alasan kami melarangmu berpacaran dengan Arga.. ADa hal yang sifatnya mendasar, dimana kami tidak menginginkan Arga suatu saat menjadi menantu mama papa. Pada dasarnya mama suka dengan kepribadian Arga, tak ada yang salah"
"lantas kenapa selama ini mama papa selalu menentang hubungan kami ? bahkan kita tiap hari bertengkar hanya gara-gara Arga ? dan selalu ssetiap aku menanyakan kenapa aku tidak boleh berpacaran dengan Arga,mama dan papa selalu mengelak?"
AC yang terpasang dalam ruang makan tak mampu mengusir titik keringat yang menetes di dahi Sinta.
"Sinta...maafkan mama, maafkan kami, karena kami tidak bisa memberikan jawaban atas apa yang kau tanyakan. mestinya akami jujur sejak awal kepadamu"
"jadi selama ini mama dan papa menyembunyikan sesuatu dari Sinta?"
"ya..."
"tentang Arga ?"
"ya tentang Arga, terutama tentang keluarganya."
diam menyelimuti mereka berdua, secara pelan mama membuka pembicaraan
"Dulu sewaktu masih muda, mamanya Arga adalah pacar papamu Sinta. Mereka nyaris bertunangan sampai suatu saat ada kerabat dari mamanya Arga yang kebetulan teman eyangmu mengatakan jika keluarga dari mamanya Arga ada keturunan down syndrome. Saat eyangmu mengetahui maka pertunangan itu dibatalkan sepihak. Akhirnya papamu dijodohkan dengan mama dan mamanya Arga dipinang oleh teman kuliahnya. Arga bukanlah anak pertama seperti yang kamu kira, dia mempunyai 2 orang kakak namun mereka meninggal dan dua-duanya down syndrome. kemudian lahir Arga dan adiknya"
Sinta terdiam
"kekuatiran kami jika kalian menikah, gen yg tidak kami kehendaki itu masuk ke dalam bayi kamu, makanya sebelum terlanjur jauh, kami berusaha memisahkan kalian"
Dunia berputar, rasa pening menjalar di kepala Sinta dan tiba-tiba semua menjadi gelap
====
"Sinta..Sinta....bangun nak..."
Suara mamanya memanggil dengan lembut, Sinta terbangun kemudian dia terisak
"maafkan Sinta ma...maafkan Sinta...Sinta takut......Sinta sekarang merasa takut, Sinta ga siap jika bayi Sinta down syndrome..Sinta harus bagaimana ma ?"
Sinta menangis terisak-isak dipelukan mamanya
"dalam bisikan lembutnya, mama menjawab
"kita akan hadapi bersama, apapun yang terjadi bayi itu harus tetap hidup, bagimanapun keberadaanya, kita berdoa agar dia normal seperti bayi-bayi lainnya"
Suara adzan magrib mengiringi langkah Sinta untuk bersujud dihadapan Sang Khalik memohon ampun akan kesongkakan diri terhadap orang tua.