Siapa yang tidak tahu akan sarang laba-laba? Saya mencari info dari net tentang pembuatan sarang laba-laba, ini yang saya dapatkan
MEMBANGUN SARANG LABA-LABA
by anastasya chalik
http://74.125.153.132/sear chq=cache:2zfgVCUyagIJ:www .dinogroups.com/dlink.cfm% 3Fblog_id%3D1068NXW60dhT6K B9lZhRcARL%26tn10Rdf%3Dyes %26comid%3DNXW60dhT6KB9lZh RcARL+sarang+laba-laba&cd= 13&hl=id&ct=clnk&gl=id
Pernahkah kalian memperhatikan bentuk-bentuk sarang laba-laba? Tahukah kalian bahwa laba-laba menghasilkan benang mereka sendiri, dan bahwa benang ini pun memiliki ciri-ciri yang mengagumkan? Atau pernahkan kalian mendengar bahwa teknik yang digunakan oleh laba-laba kebun untuk membuat sarangnya sama dengan teknik yang dipakai oleh insinyur sipil masa kini? Seekor laba-laba membutuhkan dua tempat terpisah untuk menganyam sarangnya. Sarang ini biasanya dianyam di sebuah sudut tempat dua dinding menyatu, atau di antara dua ranting pohon. Kendati demikian, beberapa jenis laba-laba begitu terampilnya sehingga mereka mampu menganyam sarang cukup dengan menggunakan sebuah permukaan saja. Cara laba-laba menganyam sarangnya sungguh luar biasa. Sekarang coba bayangkan apa yang akan kita pelajari berikut ini. Mula-mula seekor laba-laba mencari ranting lentur yang cukup panjang untuk menganyam sarangnya. Laba-laba dengan kuat mengikatkan seutas benang di ujung ranting. Sambil menuruni ranting, ia terus mengeluarkan benang. Setelah menempuh jarak tertentu, laba-laba berhenti berjalan dan berhenti mengeluarkan benang. Laba-laba lalu melilit ranting dengan benang yang dikeluarkan dari tubuhnya, hingga ranting itu melengkung bagaikan sebuah busur. Dengan kuat, laba-laba kemudian melekatkan ujung benang lainnya, yang kini terentang lurus bagai benang. Kemudian ia mulai menganyam jaringnya di dalam busur ini. Kini coba pikirkan apa yang akan kalian kalian lakukan jika kalian ingin merentangkan benang sepanjang dua setengah meter di antara dua dinding yang terpisah jarak dua meter. Sembari kalian mencoba memikirkan caranya, bacalah di sini bagaimana sejenis laba-laba kebun memecahkan permasalahan tersebut. Laba-laba kebun terkadang menganyam jaring mereka di antara dua cabang yang terpisah jauh. Karena jaring-jaring semacam itu cukup besar, kemampuan jaring tersebut untuk menangkap mangsanya pun tinggi. Namun, ukuran jaring yang besar pelahan-lahan dapat membuat tegangan jaring berkurang. Akibatnya, kemampuan untuk menangkap mangsa pun berkurang. Laba-laba membutuhkan jalan keluar bagi permasalahan ini. Mungkin kalian berpikir, laba-laba akan menganyam jaring baru setelah jaring yang lama berkurang ketegangannya. Namun, bukannya menggantikan jaring tersebut, laba-laba justru melakukan hal yang luar biasa: Laba-laba mengatasinya dengan mengeluarkan seutas benang dari tengah-tengah jaring, turun ke bawah, dan menyangkutkan batu di akhir benang mendekati permukaan tanah. Lalu, laba-laba kembali lagi ke sarangnya, kali ini sambil menggulung benang, hingga batu pun terangkat. Kemudian, laba-laba mengikatkan benangnya, sekali pada batu yang berayun di udara, sekali lagi di tengah-tengah jaring. Dengan demikian, jaring tersebut menegang kembali karena bobot batu yang menggantung dari jejaring merentangkannya ke bawah. Kalian mungkin tidak memikirkan jalan keluar seperti itu, demikian pula kebanyakan orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang konstruksi bangunan. Namun, laba-laba mengetahuinya, dan menerapkan teknik ini. Bagaimana seekor laba-laba mengetahui teknik mengagumkan seperti itu, dan mampu menerapkannya dengan baik? Hebatnya lagi, semua laba-laba telah menganyam jaringnya dengan teknik yang sama sejak berjuta-juta tahun yang lalu. Pasti ada suatu “Kekuasaan” yang mengilhami laba-laba untuk menggunakan teknik ini, karena kemampuan untuk melakukannya sendiri tidak dimiliki oleh laba-laba.
Namun sesuatu karya yang indah, yang dibuat dengan seksama dan penuh kesungguhan ini, sering kita anggap sebagai kotoran. Betapa tidak? Jika kita mendapatkan sudut-sudut rumah kita ada sarang laba-laba, maka dengan segera kita mengambil sapu untuk membersihkannya. "jorok dan kumuh"itu adalah kesan setiap rumah jika sudah terdapat sarang laba-laba.
Akan tetapi coba kita cermati bersama, saat kita telah membersihkan sarang laba-laba tersebut, tak berapa lama maka sarang itu akan muncul kembali, demikian cepatnya, padahal kalau dilihat dari prosesnya pembuatan sarang itu membutuhkan suatu waktu yang tidak sedikit, dan lagi-lagi kita sebagai si empunya ruang akan segera mengambil tindakan untuk segera merusaknya demi sebuah kaa "kebersihan"
Ada proses pembuatan, ada pula proses pengrusakan, demikian berkesinambungan dan berjalan terus menerus, namun apakah sang laba-laba merasa bosan untuk berkarya membangun rumahnya atas pengrusakan yang sering terjadi?
Dari sudut pandang laba-laba dia hanya membuat sesuatu yang merupakan expresi dirinya, yang dia buat untuk memenuhi kebutuhannya, dan tak pernah bosan untuk membangunnya lagi ketika karyanya dirusak oleh manusia.
Sebuah ketidak putusasaan akan penolakan dan pengrusakan. Suatu sikap yang gigih yang tak kunjung berhenti, meski penolakan jelas ada di depan mata, patutlah kita jadikan bahan perenungan, adakah kita segigih laba-laba ketika yang kerja dan karya kita ditolak bahkan dirusak oleh orang lain? masihkan kita berusaha dan berusaha untuk tetap berkarya meskipun karya kita diinjak-injak dan diremukan? apakah kita menjadi sakit hati dan putus asa?
Mari kita belajar dari laba-laba dalam membuat sarang, agar kita tak mudah putus asa menghadapi setiap penolakan yang terjadi dalam hidup kita
MEMBANGUN SARANG LABA-LABA
by anastasya chalik
http://74.125.153.132/sear
Pernahkah kalian memperhatikan bentuk-bentuk sarang laba-laba? Tahukah kalian bahwa laba-laba menghasilkan benang mereka sendiri, dan bahwa benang ini pun memiliki ciri-ciri yang mengagumkan? Atau pernahkan kalian mendengar bahwa teknik yang digunakan oleh laba-laba kebun untuk membuat sarangnya sama dengan teknik yang dipakai oleh insinyur sipil masa kini? Seekor laba-laba membutuhkan dua tempat terpisah untuk menganyam sarangnya. Sarang ini biasanya dianyam di sebuah sudut tempat dua dinding menyatu, atau di antara dua ranting pohon. Kendati demikian, beberapa jenis laba-laba begitu terampilnya sehingga mereka mampu menganyam sarang cukup dengan menggunakan sebuah permukaan saja. Cara laba-laba menganyam sarangnya sungguh luar biasa. Sekarang coba bayangkan apa yang akan kita pelajari berikut ini. Mula-mula seekor laba-laba mencari ranting lentur yang cukup panjang untuk menganyam sarangnya. Laba-laba dengan kuat mengikatkan seutas benang di ujung ranting. Sambil menuruni ranting, ia terus mengeluarkan benang. Setelah menempuh jarak tertentu, laba-laba berhenti berjalan dan berhenti mengeluarkan benang. Laba-laba lalu melilit ranting dengan benang yang dikeluarkan dari tubuhnya, hingga ranting itu melengkung bagaikan sebuah busur. Dengan kuat, laba-laba kemudian melekatkan ujung benang lainnya, yang kini terentang lurus bagai benang. Kemudian ia mulai menganyam jaringnya di dalam busur ini. Kini coba pikirkan apa yang akan kalian kalian lakukan jika kalian ingin merentangkan benang sepanjang dua setengah meter di antara dua dinding yang terpisah jarak dua meter. Sembari kalian mencoba memikirkan caranya, bacalah di sini bagaimana sejenis laba-laba kebun memecahkan permasalahan tersebut. Laba-laba kebun terkadang menganyam jaring mereka di antara dua cabang yang terpisah jauh. Karena jaring-jaring semacam itu cukup besar, kemampuan jaring tersebut untuk menangkap mangsanya pun tinggi. Namun, ukuran jaring yang besar pelahan-lahan dapat membuat tegangan jaring berkurang. Akibatnya, kemampuan untuk menangkap mangsa pun berkurang. Laba-laba membutuhkan jalan keluar bagi permasalahan ini. Mungkin kalian berpikir, laba-laba akan menganyam jaring baru setelah jaring yang lama berkurang ketegangannya. Namun, bukannya menggantikan jaring tersebut, laba-laba justru melakukan hal yang luar biasa: Laba-laba mengatasinya dengan mengeluarkan seutas benang dari tengah-tengah jaring, turun ke bawah, dan menyangkutkan batu di akhir benang mendekati permukaan tanah. Lalu, laba-laba kembali lagi ke sarangnya, kali ini sambil menggulung benang, hingga batu pun terangkat. Kemudian, laba-laba mengikatkan benangnya, sekali pada batu yang berayun di udara, sekali lagi di tengah-tengah jaring. Dengan demikian, jaring tersebut menegang kembali karena bobot batu yang menggantung dari jejaring merentangkannya ke bawah. Kalian mungkin tidak memikirkan jalan keluar seperti itu, demikian pula kebanyakan orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang konstruksi bangunan. Namun, laba-laba mengetahuinya, dan menerapkan teknik ini. Bagaimana seekor laba-laba mengetahui teknik mengagumkan seperti itu, dan mampu menerapkannya dengan baik? Hebatnya lagi, semua laba-laba telah menganyam jaringnya dengan teknik yang sama sejak berjuta-juta tahun yang lalu. Pasti ada suatu “Kekuasaan” yang mengilhami laba-laba untuk menggunakan teknik ini, karena kemampuan untuk melakukannya sendiri tidak dimiliki oleh laba-laba.
Namun sesuatu karya yang indah, yang dibuat dengan seksama dan penuh kesungguhan ini, sering kita anggap sebagai kotoran. Betapa tidak? Jika kita mendapatkan sudut-sudut rumah kita ada sarang laba-laba, maka dengan segera kita mengambil sapu untuk membersihkannya. "jorok dan kumuh"itu adalah kesan setiap rumah jika sudah terdapat sarang laba-laba.
Akan tetapi coba kita cermati bersama, saat kita telah membersihkan sarang laba-laba tersebut, tak berapa lama maka sarang itu akan muncul kembali, demikian cepatnya, padahal kalau dilihat dari prosesnya pembuatan sarang itu membutuhkan suatu waktu yang tidak sedikit, dan lagi-lagi kita sebagai si empunya ruang akan segera mengambil tindakan untuk segera merusaknya demi sebuah kaa "kebersihan"
Ada proses pembuatan, ada pula proses pengrusakan, demikian berkesinambungan dan berjalan terus menerus, namun apakah sang laba-laba merasa bosan untuk berkarya membangun rumahnya atas pengrusakan yang sering terjadi?
Dari sudut pandang laba-laba dia hanya membuat sesuatu yang merupakan expresi dirinya, yang dia buat untuk memenuhi kebutuhannya, dan tak pernah bosan untuk membangunnya lagi ketika karyanya dirusak oleh manusia.
Sebuah ketidak putusasaan akan penolakan dan pengrusakan. Suatu sikap yang gigih yang tak kunjung berhenti, meski penolakan jelas ada di depan mata, patutlah kita jadikan bahan perenungan, adakah kita segigih laba-laba ketika yang kerja dan karya kita ditolak bahkan dirusak oleh orang lain? masihkan kita berusaha dan berusaha untuk tetap berkarya meskipun karya kita diinjak-injak dan diremukan? apakah kita menjadi sakit hati dan putus asa?
Mari kita belajar dari laba-laba dalam membuat sarang, agar kita tak mudah putus asa menghadapi setiap penolakan yang terjadi dalam hidup kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar