Sabtu, 02 Juni 2012

nami kula darti

Derek tepang..nami kulo Sudarti, orang biasa panggil Dar..kadang Darti, tapi yang kebangetan sering memanggil Dartun..kadang juga diplesetkan modar..duh kalo yg ini kadang saya ga terima meskipun terkesan gojegan atau guyon. ga empan papan..ga pada tempatnya. Lha modar itu kan artinya mati..lha wong saya masih hidup kok dibilang modar.

Tapi kata tetangga memang waktu si embok mau melahirkan saya dulu, mbok sampai mau meninggal, karena saya terlalu besar dan kalung usus. Sehari semalam saya ga mau keluar, padahal air ketuban simbok sudah dipecah sama dukun bayi, katanya untuk mancing agar saya mau keluar, namun nyatanya ga mau keluar juga. Kata simbok saya nduablek..terlalu kerasan di dalam perut. Akhirnya simbok manggil mbah dukun, setelah di doain dan disembur sama kumuran air yg disemburkan ke perut simbok, akhirnya saya lahir.

Ya saya Darti..biasa dipanggil Dar..atau Darti saja. Berasal dari desa kecil dan terpencil, tepatnya di desa Delingan Karanganyar, dekat waduk Delingan. jauh dari kota, dan jalannya masih berbatu2. Jika hujan, jalan menuju desa menjadi kubangan, karena banyak lobang, dan beceknya minta ampun. jadi kalo jenengan pengen tindak ke desa saya...wah mendingan jangan....saya ga tega melihat kaki jenengan belepotan lumpur. kaki jenengan itu alus2, ga seperti kaki saya, telapakannya saja "mekrok", dan mbesisik, Saya orang desa, ya biasa kalau kakinya mekrok..karena sering ke sawah nyeker....tidak hanya ke sawah, kemana2 juga nyeker, lebih enak gitu, lha kalo pake sendal sering jebat, jadinya bolak balik nyambung sendal..mending nyeker, ini pula yang bikin saya ga bisa pake sepatu, pasti sepatunya selalu jebol diujung. Ga seperti kaki jenengan yang alus2 dan putih..Ngapunten, bukan berarti saya menolak jenengan mengunjungi saya. Tapi saya ga tega jenengan jadi kotor.

Saya Darti, sekarang saya tidak lagi di desa, tapi tinggal di kota, di Solo. Saya derek ngawula di rumahnya ndoro Prasetya . Prasetya Hadi Admodjo..tapi ndoro Prasetya ga kersa dipanggil ndoro...maunya dipanggil Pak Pras...ndoro putri juga pengennya dipanggil bu Pras. Ndoro kung..eh Pak Pras, pensiunan tentara dan bu Pras pensiunan guru..saya taunya pak Pras dulu kerja jadi tentara. bawa bedil....itu yang saya lihat di foto2 yg ada di rumah bapak. tapi ibu bilang bapak itu Jendral Angkatan Laut. ..ooo mungkin pak Pras dulu itu pekerjaannya jadi tukang Jendral di tentara tapi di laut. Lha kalau tukang Jendral pekerjaannya apa ya? Apa juga nembak?

1 tahun saya ikut bapak dan ibu Pras, mereka berdua orang yang baik, meskipun kaya tapi ga sombong, tidak seperti yu Kenyik tetangga saya di desa. Amit2 jabang bayi..ojo turun anak putu..Gusti Allah kulo nyuwun ngapuro, tapi cangkeme Kenyik memang pantas disumpel gombal. Mentang2 bisa beli kalung 5 gram satu desa dipameri, kalo sekedar pamer kalung saja ga masalah, tapi pake acara menghina orang sampe bikin kuping gatel dan panas,
" Pakde...orang kerja itu mesti gemi..kalo dapat penghasilan ya disisihkan ...ditabung..jadi bisa beli perhiasan, bisa ketok kalo kerja, kerja seprono-seprene kok ga ada perubahan, katanya Dar ikut Cino...lha kalo ikut Cino biasane sugih...heh..mana buktinya..tetep aja kere, lha mending aku, meskipun jadi buruh bisa beli kalung"
Siapa yang ga panas ati...di depan bapak dan simbok dia menghina saya, rasanya pengen tak koplok cangkemmya yang suka ngurusi kehidupan orang. Dia kan ga tau, kalo duit hasil kerja saya selama ini saya gunakan untuk berobat simbok setiap bulan. Simbok sakit TBC dan pengobatannya harus rutin. Buat saya lebih baik ga pake perhiasan dari pada simbok mati. Lagian apa saya harus laporan ke dia kemana saja uang yang saya dapatkan. Memangnya dia siapa...Mikir yu Kenyik bawaannya jadi emosi,

" Darti......!!
" Inggih bu....," sebentar ya..saya dipanggil bu Pras, nanti kita lanjutkan

sebuah pilihan

Aku menatap langit yang semakin lama memudar diremang mentari yang semakin menghilang. Masih teringat dengan jelasakan semua percakapan baru saja

" kenapa engkau memilihnya ? Aku sungguh mencintaimu, dan aku berharap engkau mencintaiku juga "

aku terdiam, kulihat pada kedua matanya menunjukkan rasa kekecewaan yang dalam.

" aku memilih dia untuk menjadi kekasihku "

" dan kau mencampakkan aku ? "

" aku tidak mencampakkanmu, terima kasih engkau telah mempunyai rasa cinta kepadaku, aku menghargainya, tapi bukan berarti aku harus memilihmu untuk menjadi kekasihku "

kulihat engkau menghela nafas panjang, pelan kau keluarkan sebatang rokok dari kantong kemejamu dan kau sulut. asap mulai terbentuk dari bibirmu.

" pasti dia orang yang istimewa sehingga engkau memutuskan untuk memilihnya "

matamu memandangku tajam

" iya " jawabku

" bagiku dia sungguh istimewa, tapi bukan dia yang istimewa, namun semua sikapnya telah menjadikan aku menjadi istimewa di matanya. bukan maksudku membandingkanmu dengan dirinya, rasa percaya dirinya telah mengembalikan rasa percaya diriku untuk dapat menerima diriku sebagaimana adanya, dan terlebih dari itu adalah dia tak pernah memintaku untuk mencintainya, namun dari sikap itulah aku menjadi mencintainya. dia telah menempatkan aku secara istimewa di hatinya meskipun dia tak pernah mengatakan namun dari sikap nya aku tahu "

jemari kirimu menarik rambut kepalamu ke belakang, rona memerah menjalar di seluruh wajahmu

"ingin rasanya memilikimu sepenuhnya, menikahimu, dan kau melahirkan anak dari benihku, masa tuaku ingin bersama dengan mu di sampingku "

"maafkan aku, aku sudah menentukan pilihan, dan kau tahu cinta bertepuk sebelah tangan jika dipaksakan tak akan membawa kedamaian"

engkau beringsut pelan, kulihat ada air mata menetes di sana, aku hanya bisa terdiam, aku tahu hatinya terluka atas cintanya kepadaku, tapi akupun juga tak akan melukai hatiku.

senja memberi warna hitam, sebentar lagi malam menyelimuti, dan aku percaya setelah malam berlalu pasti akan hadir pagi

love you

perlahan engkau menyibak anak rambut yang melambai-lambai jatuh di keningku

"rambutku sudah panjang"

"jangan dipotong" katamu

"tapi aku kegerahan jika siang hari, dan sangat menyiksa mempunyai rambut panjang " sungutku

"diikat, atau dikepang" kemudian kau mendekat dan mengepang rambutku

"begini kau keliatan cantik ", kulihat kau mengamati hasil karyamu di kepalaku

"mengapa aku tidak kau perbolehkan memotong rambut ?"

sejenak kau terdiam

"engkau keliatan catik dan anggun jika berambut panjang, dan aku semakin suka menikmati kecantikanmu" matamu memandang tajam kepadaku

"apakah ketika rambutku menjadi pendek, kau menjadi tidak suka padaku ? begitu ? " aku mulai merengut

serta merta kau memelukku, mendekap dan menghujani ciuman mulai dari kening, mata hidung, dan terakhir, bibirku kau lumat dengan lembut.

"aku menyayangimu, sebagaimana kau ada, terlepas engkau punya rambut atau tidak, dan tak menjadi masalah ketika engkau mau berambut panjang atau pendek, itu hak mu sebagai pemilik rambut. Aku hanya mengatakan kau keliatan anggun jika berambut panjang"

aku menikmati semua ciumannya, kemudian memandangnya, mencari sesuatu yang tersirat disana.

"sayang aku mencintaimu bukan karena rambutmu, aku benar-benar mencintaimu, dan itu meluap dari hatiku tanpa syarat, keindahan mu yang terpancar itulah yang membuat aku tak bisa melepaskanmu. dimataku kau sebuah kecantikan dan keindahan yang utuh, dan aku mau menjagamu"

aku tertunduk, terdiam, angin sore yang senang mempermainkan rambutku sekarang juga ikut diam, ikut menghayati ucapan kekasihku. kemudian mata kami saling beradu dalam senyuman, dan aku merasakan, bahwa aku bisa mempercayainya

kenangan

sayup kudengar TOTO dalam I will remember
aku berjalan sendiri menyusuri jalan yang basah diguyur hujan
pelan kulangkahkan kaki, takut jika riak-riak air mengenai rok ku
dan aku mengingatmu
kita pernah berjalan melintasi jalan ini
saat itu hujan
kita berlari-lari mencari tempat berteduh
akhirnya kita dapatkan sebuah halte, dan ternyata atapnya bocor
kau ulurkan jaketmu kepadaku
dan kubiarkan ketika tanganmu memasangkan jaketmu di atas kepalaku
"begini lebih enak kan ? kamu ga kena air hujan"
dan kulihat kau membiarkan dirimu menggigil tanpa jaket
aku tak tega
"kau kedinginan, nanti kamu sakit" kataku
kamu menggeleng dan tersenyum
dan hujan semakin deras, kulihat tubuhmu mulai basah terkena tempias hujan

.......

10 tahun yang lalu
dan kini aku sendiri melintasi jalan ini ditengah hujan
tak ada lagi yang mengulurkan jaket sebagai penutup kepalaku
namun aku masih mengingatnya
mungkin kau tak ingat lagi
dan peristiwa itu mungkin tak berarti bagimu
tapi tidak demikian dengan aku
sampai sekarangpun aku masih menunggu
saat-saat kau akan mengulurkan jaketmu kembali
ntah kapan
kan kutemui dirimu lagi

bunga di cadas

dia tumbuh diantara duri dan cadas
batangnya yang kecil, berusaha bertumbuh menggapai sinar mentari
akarnya menghunjam ke bawah kuat demi menopang hdupnya
aku bertanya
" tidakkah kau menderita diantara yang tajam dan keras ?"
kelopak bunganya yang baru mekar menggeleng lemah
"akarku kuat, daunku cukup mengolah makanan untuk kehidupanku"
akau mengamatinya
"bungamu bagus, tak sepantasnya kau tumbuh di tempat gersang dan panas"
"aku tak bisa memilih tempat, sewaktu benih itu jatuh di sini, disinilah tempatku, aku harus tetap hidup, apapun tempatku"
serbuk-serbuk sari dintari kupu-kupu dan kumbang
"kau cantik " kataku, boleh kupindahkan dirimu untuk penghias depan rumahku ?"
"terima kasih Nia, jika kau pindahkan aku, siapakah yang akan menghiasi tempat yang gersang ini ? kepada siapa kupu-kupu dan kumbang akan berhenti dari terbangnya ? biarkan aku disini untuk memberi warna di tempat yang tiada warna "
aku tertegun
"memberi warna di tempat yang tiada berwarna, ooh sebuah kata-kata indah"
aku melihat tubuhnya mulai payah karena panas yang menghunjam, kusiram dia dengan air minumku
"terima kasih Nia"
"ya " jawabku

kue untuk anakku


Rasa ini membucah , gerah, saat permintaan yang kau ajukan kepadaku tidak dapat kupenuhi.

"mak..aku pingin roti yang ada gulanya itu...yang diatas ada coklatnya.."

Sebentuk roti, yang kau bilang adalah roti ulang tahun, seperti yang pernah kau lihat di telivis,i ada lilin diatasnya. Dan selalu permintaan-permintaan kecilmu aku jawab,

"emak belum punya uang sayang..untuk beli roti itu, uang emak sekarang belum cukup..nanti ya kalo emak sudah mendapat bayaran dari ndoro putri"

Dan berapa kali permintaan-permintaan kecil mu selalu aku tolak, dengan sebuah alasan yang sama, dan aku ingin kau memahaminya dengan otak kecilmu, yang belum waktunya untuk memahami arti empati, empati terhadap kondisi emaknya yang tak mampu mencukupi keinginan-keinginan mu yang sangat sepele bagi mereka yang mempunyai uang.

Aku tidak sedang membandingkan kehidupanku dengan mereka yang berkecukupan, bahkan aku tidak mengirikan atas keberhasilan mereka atas hidup mereka, aku hanya tidak rela anakku ikut terimbas atas sengsara yang aku alami. Kalau boleh memilih, akupun ingin anakku hidup layak seperti mereka yang bisa menikmati arti kecukupan. Terlelap dalam buaian alam yang tak menyengat, dan terkenyangkan oleh masa depan yang tak tergoyahkan. Siapapun orang tua tak mengharapkan anaknya menderita, bahkan aku ingin mengukir dalam ingatan anakku tentang mimpi-mimpi indahnya bersama barbie yang menjadi idamannya,

"aku ingin seperti barbie mak..."

Dan aku paham akan permintaanmu itu nak. Bukan hanya baju lusuh yang bisa kuberikan kepadamu, bukan pula sisa makanan yang tak termakan yang kau kenyam, bukan pula dinding lapuk yang menaungi engkau dari dinginnya malam. Bahkan kuingin menyunting pelangi..rembulan dan mentari untuk menghiasi hari-harimu sehingga senyummu selalu terkembang. Aku tak mau kehilangan senyumanmu yang selalu menjadi penghalau penat saat hari-hari ku sarat dengan beban dan dera dalam mengarungi hidup ini.

Aku tidak menyalahkan keadaan, karena aku hanya seorang babu, yang hanya mempunyai uang apabila dibayar oleh juraganku atas menit yang aku taburkan dalam tugas yang telah dibebankan kepadaku. Akupun tidak menuduh bahwa ini semua tak adil. Nak Tuhan tetap adil, ketika kau bertanya

" Mak..Tuhan marah kepada kita ya? kenapa kita miskin? Kenapa dia tidak adil kepada kita?"

Ooo alah..jangan pernah menyebut nama Tuhan Allah mu dengan sembarangan, jangan nak, ora ilok, Gusti Allah adil, apapun keadaan diri kita, Gusti Allah itu adil. Tidakkah kau lihat, bahwa Dia memberikan hujan dan sinar matahari kepada yang miskin dan yang kaya? kepada yang jahat dan yang baik? Kalau Gusti Allah tidak adil, maka cahaya mentari tidak pernah dapat kita nikmati karena kita orang miskin. Ingat ya nak..apapun keadaan diri kita, kita ga layak menghujat Gusti Allah.

"mak..tapi aku pingin seperti mereka, kapan emak kaya?"

Aku terdiam...sungguh bukan pertanyaan yang dapat aku jawab dengan cepat. kaya..? sampai modarpun kalo aku cuma babu pencuci baju, tak mungkin aku menjadi kaya seperti yang diinginkan anakku. Kecuali bila saat ini ada yg datang kepadaku dan memberikan warisan sebanyak 100 milyard. Aku paham kegelisahan hatimu nak...emakmu ini  sangat paham..dan bukan tujuanku melahirkan engkau dalam satu kemiskinan, dan akupun tidak bisa menjawab kenapa aku masuk dalam kelas miskin, kalau boleh memilih akupun akan memilih menjadi orang yang kaya, yang berkecukupan, sehingga aku tidakk beralasan setiap kali engkau merengek minya sesuatu kepadaku. Namun aku tak ingin menanamkan kegelisahan hatimu dengan semangat yang pudar. Lihatlah meskipun emakmu babu, namun masih bisa memberi, dan tidak hanya ngathung, meminta belas kasihan

Aku hendak mengajarkan kepadamu nak...yang disebut orang yang kaya, bukanlah dihitung dengan jumlah harta yang mereka punya, namun, luas hati dalam memberi. Nak, kita boleh miskin dalam harta, namun jangan sampai miskin dalam hati.biarlah kita mempunyai hati untuk selalu memberi. Orang yang miskin adalah orang yang mempunyai namun tidak mau memberi.

Ah mungkin kau belum paham..aku maklumi. Otakmu baru bisa mencerna akan arti ada yang didepan mata, maafkan emakmu yang menginginkan kau cepat paham akan arti sebuah kehidupan.

Malam ini mungkin engkau masih mempunyai mimpi akan roti yang berlapis gula itu, tunggulah nak..besok jika ada rezeki kita akan membelinya, supayaeng kau pun bisa sejenak menikmati menjadi orang kaya dalam harta, meski hanya dalam bentuk mencercap roti ulang tahun.

selingan aja


Suatu malam datanglah serombongan perampok ke rumah seorang saudagar kaya raya hendak merampok. Mereka berlima, membawa senjata tajam, tubuh mereka kekar-kekar.

"serahkan semua barang-barangmu yang berharga..cepat..!!" kata pimpinan perampok itu

saudagar itu menggigil ketakutan, namun ditengah ketakutannya dia masih berani menghardik

"keluar dari rumahku..kalau tidak kupanggilkan polisi"

saudagar itu mengambil handphone nya siap menekan no kantor polisi, tiba-tiba salah seorang perampok mengacungkan goloknya dan mengibaskan ke handphone saudagar sehingga terlepas dari tangannya.

saudagar itu tetap keukeh tidak mau menyerahkan harta bendanya meskipun dapat ancaman, akhirnya..

"bos...saya dapatkan anak bininya, dah bunuh saja mereka jika saudagar itu tidak mau memberikan hartanya"

tiba-tiba salah seorang perampok itu menyeret bini dan anak saudagar untuk dijadikan sandera, nyawa ke dua orang itu terancam, karena jika saudagar tidak memenuhi permintaan perampok, maka anak istrinya akan dibunuh. Saudagar bingung....ditengah suasana yang mencekam itu tiba-tiba istri saudagar berkata

" pak...mohon jangan bunuh saya...saya memang istrinya, tapi bapak keliru kalau menjadikan saya sandera, sebab meskipun saya mati sekalipun dia tak akan menyerahkan hartanya, justru dia bersyukur kalau saya mati, karena memang dia hendak menceraikan saya. Jika bapak ingin menyandera, sandera saja selingkuhannya, wanita yang tinggal diujung jalan sana..dia wanita yang dicintainya, nah kalau dia pas dijadikan sandera. Saya berkata benar dalam hal ini..kalau bapak mau, saya antarkan bapak ke rumah wanita itu..gimana?"

istri saudagar itu menghiba...perampok-perampok itu saling pandang, kemudian berkata

" baiklah antarkan aku ke wanita selingkuhan suamimu..kamu dan anakmu aku bebaskan "

giliran si saudagar yang nangis-nangis mohon ampun

" jangan...jangan bunuh selingkuhan saya...saya mencintainya....saya mohon...."

si istri tersenyum senang.."rasain lo"

seperti Daud


terinspirasi dari 1 Samuel 24.
=================

Jeanny, dokter muda itu mengamati dengan seksama pasiennya yang ada di ruang ICU, sudah 7 hari pasien tersebut tergeletak tak berdaya diantara alat-alat medis yang  tersambung di seluruh tubuhnya. Dari data rekam medik yang selalu dia buat tentang perkembangan pasiennya, dia mengikuti setiap menit perkembangan pasien istimewanya itu

Sardjono Sudiro. Nama bahkan wajah pasien laki-laki yang telah berusia hampir 80 tahun itu  telah menghantui dan membuat resah  selama hampir 7 hari. Andai dia mau bisa saja dengan mudah dia membuat lenyap pasien tersebut tanpa  bekas apapun, namun dia teringat akan sumpahnya sebagai dokter, dan sumpah itulah yang membuatnya tetap pada komitmennya merawat sesuai dengan etika kedokteran yang berlaku.

===

30 tahun yang lalu peristiwa itu muncul kembali dalam ingatanya. Dulu keluarga Jeanny  tinggal di sebuah desa yang jauh dari kota dan keluarganya membuka toko,  toko itu merupakan satu-satunya toko yang ada di desa.

Koh Liem, penduduk setempat memanggil papanya demikian, dan cik Hwa, adalah panggilan keseharian mamanya. Jeanny kecil sering dipanggil dengan sebutan Meme sedang kakak laki-lakinya sering dipanggil San-San.  Sore itu saat adzan magrib berkumandang, dan papanya bersiap-siap menutup toko, tiba-tiba datang 5 orang laki-laki. Jeany kecil yang kala itu baru berusia 5 tahun melihat papanya berdialog dengan salah seorang laki-laki yang nampaknya pemimpin dari mereka.

"maaf pak Jono, saya ndak isa kasik,  itu terlalu berat buat saya dan keluarga saya, pak Jono tahu berapa penghasilan sebuah toko kecil seperti punya saya ? Kalau tanah dan toko ini dijual, dengan harga yang pak Jono minta, saya dan keluarga harus pindah kemana? saya ndak isa kasih pak Jono, mohon maaf"'

"You china mesti tahu diri, kalian mesti ingat kalian tinggal di daerah kekuasaan siapa ? jangan pernah membangkang kepada penguasa pribumi, saya sudah kasih waktu 1 bulan, dan hari ini adalah waktu yyang telah ditentukan, cepat keluarkan sertifikat tanahmu, dan kita mulai transaksi jual beli "

"Tetap pada pendirian saya, saya ga akan kasik ini tanah dan rumah ke pak Jono. Ini adalah sumber kehidupan kami "

" Baiklah karena you ga mau cara halus, maka saya akan memakai cara saya"

kemudian laki-laki yang dipanggil pak Jono, memberi kode kepada 4 orang temannya

"Lenyapkan !!"

dan segala sesuatu bergerak dengan demikian cepat, ke lima orang itu mengobrak-abrik toko, kemudian papanya dihajar sampai tidak berdaya dan luka-luka. Darah meleleh dari hidung dan kupingnya kemudian kaki dan tanganpapanya diikat di kursi,  mulutnya disumbal dengan kain sementara itu matanya dibiarkan terbuka menyaksikan keonaran yang terjadi. Belum puas dengan itu dia melihat mamanya yang ketakutan di pojok ruangan diseret dan ditelanjangi di depan papanya kemudian mereka beramai-ramai memperkosa mamanya sampai mamanya pingsan. Papanya hanya bisa meraung-raung tanpa bisa bersuara. Kakaknya yang waktu itu berusia 12 Tahun juga dianiaya hingga pingsan, jeanny kecil menyaksikan semua peristiwa itu dibawah kolong tempat biasa dia bersembunyi dia tidak berani menangis atau bersuara karena disuruh kokonya untuk diam. Ketika 5 orangitu melihat semua sedah terkapar tak berdaya mereka mengguyur semua ruang dengan bensin dan menyulut dengan api, serta meninggalkan rumah itu segera. Dari bawah kolong Jeany kecil melihat bagaimana api menjilat semua rumah dan kemudian menjilat tubuh orang tuanya dan kokonya. Ditengah ketakutan Jeanny kecil berlari keluar dari rumah menyelamatkan diri berpacu dengan api yangmulai berkobar, dia lari ke hutan belakang rumah dan kemudian terjatuh tak sadarkan dirinya.

Ketika dia membuka matanya Jeany kecil melihat dia sudah berada di sebuah ranjang putih, tubuhnya terbalut dengan perban, dan tangannya telah diinfus, sementara hidungnya dimasukin selang oksigen. kemudian dia menangis memanggil-manggil papa, mama dan kokonya.

Hari-hari berganti, Jeanny melewati hidupnya di sebuah panti Asuhan dibawah bimbingan para biarawati, kepada Suster Fransica dia ceritakan semua peristiwa yang mengerikan malam itu. dan sebagai uacapan terima kasihnya kepada suster Fransica dia bercita-cita menjadi seorang dokter.

Dan sekarang dia adalah dokter spesialis Penyakit Dalam yang terkenal di kotanya. Kisah hidupnya tak ada seorangpun yang tahu, dia begitu rapat menyimpan semua peristiwa kelamnya, hingga suatu hari dia mendapatkan seorang pasien dan dia adalah orang yang pernah melenyapkan keluarganya dengan cara bengis. Pak Jono dengan nama lengkap Sardjono Sudiro.

Tiap malam menjadi sebuah pergumulan batin bagi dirinya, antara sakit hati dan profesionalisme jabatannya. Mudah bagi dia untuk melenyapnya pasien itu secara cepat, tapi berarti dia menjadi dokter yang tidak beretika dan profesional, bahkan dia bisa mendapatkan julukan pembunuh. 7 hari dia merawat pasien itu dengan sebuah beban hati yang sangat berat, dan dia selalu menangis setiap kali visitasi ke ruang ICU tersebut.  

Hingga suatu hari dia mempunyai kekuatan, untuk mengampuni pasien tersebut dan tetap merawatnya sebagaimana layaknya dia mendapatkan perawatan medis yang baik dan benar.

"Tuhan aku mengampuninya, bahkan ketika aku mampu membunuhnya di depan mataku,tetapi aku memilih seperti Daud untuk membiarkan Saul hidup meskipun Daud juga mampu membunuh Saul di depan matanya. Aku akan merawat pak Jono yang telah membunuh keluargaku, sebaik mungkin, ini aku hambamu Jeanny, terjadilah seperti yang Engkau kehendaki , amien "

keputusan

Mereka berdua, suami istri itu , tertunduk lesu di kamar tidur yang berukuran 3x2 m. Hembusan angin dari kipas angin, tak mampu mendinginkan rasa panas yang ada di dalam kepala mereka.

"hasil laboratorium memberikan diagnosa, janin di dalam rahim istri anda berpotensi ke arah down syndrome"

kata-kata dokter tadi seperti sebuah tamparan keras yang mampu membuat lumpuh seluruh tubuh. Sudah tergambar jelas di benak laki-laki itu apa arti down sindrome bagi calon bayi mereka. Sekuat tenaga dia berusaha menguasai emosi yang bergejolak di dalam hatinya. Sementara itu dia meilhat istrinya hanya tertunduk dan menangis

" kandunganmu baru memasuki trimester ke dua ma " laki-laki itu memecah keheningan

"maksud papa? "

"aku hanya berusaha mencari sebuah solusi untuk masa depan kita semua "

"aku ga paham pa"

"ma..bisa kau bayangkan seandainya anak itu lahir dalam keadaan down syndrome ? bagaimana kehidupannya nanti ? bagaimana dia harus menjalani hari-harinya ? bagaimana dengan kita ? aku tak bermaksud berkecil hati, tapi aku hanya pegawai kecil, dengan gaji yang dibilang pas-pasan. Jika anak itu lahir, berapa banyak dana untuk biaya kehidupan anak tersebut? sedangkan kondisi down syndrome harus memerlukan sebuah perlakuan khusus selama hidupnya dan itu berarti juga memerlukan biaya lebih. Belum lagi waktu yang diperlukan untuk mengawasi anak tersebut harus betul-betul extra. Papa ga ingin sisa hidup mama tersiksa '

"lantas ?"

"jika mama setuju, hapuskan anak itu, mumpung dia masih dini " ucap lelaki itu lirih nyaris tak terdengar

"duh Gustiiii..." wanita itu menangis histeris

laki-laki itu hanya terdiam, antara perasaan bersalah dan realita yang harus dihadapi, dan masa depan yang tak menentu.

Senja bergulir ke peraduan, mengiringi isak hati yang gundah.

gerobak

Pagi penuh dengan kesibukan, orang mulai meyambut mentari dengan karya. Ada yang berangkat ke kantor, ke sekolah, ke pabrik, ke sawah, ke pasar, ada yang menyapu halaman, mengepel rumah, memasak. mereka tak ingin kalah dengan sinar mentari yang semakin lama semakin menghangat.

" wilujeng enjang jeng Lusi, kok belum berangkatkerja ? libur ya ? sapaku kepada tetanggaku saat aku berjalan kaki dan melewati depan rumahnya.

" hari ini saya ga masuk kerja bu..anak saya yg kecil sakit,ga bisa ditinggal "

" lho kan ada bapaknya "

" justru itu bu, bapaknya nyuruh saya ga masuk, dia ga mau ngurus anaknya yang sakit "

"kok aneh, kan suami jeng Lusi dirumah, mestinya bisa mengambil tugas jeng Lusi untuk jaga anak "

" tak taulah bu...saya sudah ga bisa ngomong lagi. Padahal suami saya itu ga kerja, cuma dirumah, ga ngapa-ngapain, semua tugas rumah tangga saya yang kerjakan, anak-anak saya yang urus, saya sendiri masih bekerja untuk menopang ekonomi keluarga, saya pikir sebelum dia mendapat pekerjaan, mbok ya o bantuin saya ngurus rumah tangga. Tapi ga..di rumah kegiatannya cuma tidur, nonton TV, main game, makan, merokok trus kalau bosen di rumah nongkrong di warung. Kalau saya ingatkan malah marah-marah, masih mending kalau cuma marah, terkadang pkai acara piring terbang. Ya daripada tiap hari ribut, mending saya diam. Kasihan anak-anak kalau sering melihat orang tuanya bertengkar "

Aku hanya terdiam, ga berani berkomentar, sebenarnya pingin banget dan sangat menggelitik di pikiran untuk berkomentar begini,

" sudah lah jeng, tingalin saja suami macam begitu, kamu masih muda, cantik, yang suka dengan dengan kamu juga masih banyak, buat apa hidup sekali kok dibuat sengsara dengan suami yang ga genah "

cuma kalau sampai kata-kata itu terucap, bisa-bisa aku dilabrak sama suaminya jeng Lusi dan itu juga bukan suatu solusi yang baik, sebab bagaimanapun sebuah pernikahan tidak harus segera dibubarkan hanya karena sebuah masalah yang sebenarnya masih bisa diatasi dan dicarikan jalan keluar

Kehidupan rumah tangga, memang sarat dengan problematika. dan pada dasarnya masing-masing keluarga mempunyai masalah namun dengan tema yang berbeda. Awal berumah tangga sebenarnya merupakan awal dari sebuah permasalahan baru. Mengapa demikian ? Karena menyatukan dari 2 individu yang berbeda latar belakang, baik budaya, kebiasaan, karakter, keluarga, cara pandang dan masih banyak lagi, dan mereka dipersatukan untuk dapat berkolaburasi atau bersinergi membentuk sebuat team yang baru. Bukan perkara yang mudah untuk dapat bersinergi dan bersama-sama maju dalam sebuah hubungan yang akan berlangsung seumur hidup. Akan diperlukan banyak energi, baik hati, pikiran dan fisik yang mampu menciptakan suasana "klik"

Rumah tangga bisa saya gambarkan seumpama pedati sapi. 2 ekor sapi yang akan membawa gerobak dengan tuntunan seorang bajingan ( ini serius lho bukan misuh). Masing-masing ekor sapi adalah sepasang suami istri, gerobag adalah rumah tangga yang mereka bina, dan sopir gerobag ( bajingan ) adalah Tuhan sendiri. Agar gerobag itu bia berjalan ke tempat tujuan, maka inilah yang harus dilakukan oleh ke 2 ekor sapi, mereka harus selalu menuruti perintah si sopir gerobag dengan mengindahkan kekang yg dimasukkan lewat lobang hidungnya, kapan akan belok kiri, atau kanan mereka akan mendapatkan sentakan dari tali kekang itu. Cemeti diguunakan agar sapi tidak loyo dalam berjalan, memang dirasa sakit, akan tetapi itu adalah sebuah motivasi agar sapi tidak berhenti. nah tugas dari si sapi sekarang adalah mereka harus mampu berjalan seimbang dan seirama, ga ada yg terlalu lambat atau cepat,jika salah satu berjalan tidak seimbang maka gerobag itu akan guling dan berantakan, makanya tugas sopir gerobag mengingatkan dengan cemetinya.

Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. (Efesus 5 ; 31 ), mereka akan dipersatukan dalam satu daging, satu visi, satu tujuan, satu irama, tidak ada yg tinggi atau yang rendah. Jika rumah tangga mereka diserahkan kepada TUhan sebagai juru mudinya, maka masing-masing suami istri akan selalu menundukkan diri kepada perintah Tuhan, sehingga rumah tangga itu akan ada yg menuntunnya, JIka rumah tangga itu tidak ada juru mudinya, bisa dibayangkan, bagai sebuah gerobag yang ditarik oleh 2 ekor sapi tanpa arah, dan kalau kebetulan salah satu sapi itu mampu berjalan cepat, dan sapi satunya berjalan lambat, dan tidak ada yang mengendalikan dengan kekang, bisa diperkirakan hanya dalam hitungan ke sekian gerobag itu akan hancur berantakan, sapinya juga hancur karena ketindihan gerobag.

Di dalam Tuhan, masing- masing individu yang terbentuk sebagi suami istri akan dikendalikan dan dikembalikan fungsinya, sesuai dengan kehendak TUhan. Jika masing-masing indivudi sudah dikembalikan kepada fungsinya maka seorang laki-laki akan menepatkan dirinya sebagi seorang suami yang : melindungi istri dan anaknya, memback up keluarganya dengan kasih, mencukupi kebutuhan keluarganya dengan materi dan rohani, menjadi imam bagi keluarganya, dan perempuan yang yang menjadi istri akan : mememlihar suami dan anaknya seirama dengan kasih yang diberikan oleh suaminya, sehingga anak-anak dapat tumbuh kembang dengan baik dalam kondisi psikis yang dinamis

Melihat kondisi jeng Lusi diatas, ada ketidak seimbangan dalam rumah tangga, bagaikan gerobag, sapi yang satunya berhenti yang satunya berjalan, akhirnya sapi yang berjalan menjadi terluka, karena membawa beban 2x lebih besar, yaitu gerobag dan sapi satunya. Untuk itulah kehidupan rumah tangga tidak dapat dijauhkan dari campur tangan Tuhan . Setiap saat hadirkan Tuhan di dalam kehidupan rumah tangga agar dikendalikan secara penuh oleh Tuhan

:: rumangsa dosa amarga ngrasani jeng Lusi

anjing dan tuan

Matius 15 :27 Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya."

===================================

Hot Lemon tea mulai dingin, keresahan tercipta di jemari yang memainkan cangkir keramik. Mereka saling pandang

" Aku sudah beristri dan mempunyai anak "

" Aku tahu, dan aku cukup tahu diri atas kondisi tersebut. Aku hanya mengagumi mu. Itu sudah lebih dari cukup "

Laki-laki itu menghela nafas, matanya memandang ke dalam cangkir yang masih berisi setengah lemon tea. Diteguknya perlahan

" Aku mencintai istri dan anakku "

"Justru itu yang membuatku kagum, kecintaanmu terhadap keluarga membuat sebuah pesona dalam pribadimu, dan aku tak bermaksud merebut mu dari keluargamu, meskipun dariku ada rasa cinta untukmu "

Ke dua mata itu saling bertemu

" Cukup bagiku menikmati dirimu dari jauh, saat kau bersama dengan istri dan anakmu, menikmatimu di dalam sunyi dan sepiku, bagiku menikmati bayangmu dalam gelap malam di saat aku sendiri adalah sesuatu yang indah. Tak usah kau memberiku roti, karena roti itu untuk anak-anak, biarkan anjing itu makan rema-remah yang jatuh dari meja tuannya"

"Aku paham akan kondisimu, akan penderitaanmu dan kehidupanmu, bagiku kau tak lebih dari pasienku, seperti pasien-pasien ku yang lain "

" Ya, dan aku bisa memilikimu saat kita di ruang periksa, saat kau memeriksa tubuh dan segala penyakitku, aku merasakan setiap sentuhan yang kau berikan diatas tubuhku, meskipun bagimu itu adalah tindakan medis "

kesunyian kembali tercipta, masing-masing terhanyut dalam pemikiran yang mendalam.

" Bagaimanpun juga kau adalah pasienku, tak lebih "

" ya, dan bagiku kau adalah seseorang yang telah membangkitkan semangatku, memberikan sebuah harapan hidup meskipun aku tak mungkin memilikimu "

Senja dan angin laut bercampur membentuk pesona pantai. Mereka dalam batas yang jelas untuk menentukan sebuah identitas

lastri

Sore menjelang, nampak kesibukan di hik nya yu Darti, berapa orang laki-laki nampak duduk mengitari meja angkring sambil menikmati teh ginastel dan makanan yang ada.

"aku tadi ketemu Lastri ", Suki laki-laki usia 40 tahun membuka pembicaraan, sesekali digigitnya pisang goreng panas yang baru saja diangkat dari penggorengan.

"Lastri mantan istrimu ?" tanya lik Pardi

"Iya..., bajilak saiki uayu"

"Lastri dari dulu memang ayu, kamu saja yang ga bisa ngopeni supaya tetap ayu dan bertambah ayu" sahut lik Pardi

"kenapa Su..pingin teklek po ?" mas Sarmin menimpali, dia sudah menghabiskan 2 bungkus sega kucing dan 3 tusuk telur sunduk.

"nduk Darti...aku gawekno kopi tubruk siji maneh ya" lik Pardi memberi kode sama yu Darti

"wah lik Pardi mau lembur ya..sampai habis 2 gelas kopi" senyum yu Darti sambil menyerahkan segelas kopi tubruk

"iya nduk, lembur kerja buat ngopeni anak bojo, biar bojo kopen, kalau bojo kopen kan awet ayune, nyawang-nyawang ya marem "

" Iya lik..bojo karo cuma ditumpaki thok, ga diopeni lama-lama ya momrot, dadi cebleh, nyawang ya ga nafsu lagi, ya kaya Suki itu, akhire Lastri ucul, bareng saiki Lastri diperistri dan diopeni juragane bakso, Lastri saiki uayu tena jew " mas Sarmin ikut-ikutan nimbrung.

Suki hanya diam mendengar celoteh teman-temannya

"Suki..kowe asline ya wong lanang pekok, duwe bojo ayu malah mbok klantrak ke, kowe mung lonthang lanthung ora nyekel gawe, bojomu sing mbok kon golek pangan, trus ngono yen bengi pijer mbok tumpaki karo ngladeni kowe, aku ra gumun yen nganti Lastri ucul saka kowe, coba aku durung duwe ibune bocah-bocah, Lastri tak tampani " mas Sarmin bicara menggebu-gebu sajak mangkel sama Suki

Lik Pardi tersenyum " jebul mas Sarmin ngesir Lastri ta?"

"mboten ngaten lik, Lastri itu kan kembang desa, kalau si Suki dulu bisa mempersunting Lastri berarti Suki itu kan peng-pengan diantara laki-laki di desa ini, lha tapi kok cuma sebatas mempersunting, ga diopeni"

"lha piye lik bacut jew " sahut Suki

"Sajakne yen kowe biyen ndang nyekel gawe, trus open marang bojo, gemati, ora seneng nguneni, apa maneh nangani, tak kira Lastri tetep ngeboti kowe Su, ananing Lastri ucul amarga kowe dadi wong lanang ora gemati. Lha malah kowe slinthutan karo Warsi. Hayo ngaku, Aku nate ngonangi kowe awan-awan glenak glenik ning omahe Warsi. Wayah semana bojone Warsi ora ning ngomah. Njut ngopo yen kowe ora ndusel-nduselan karo Warsi wayah ora ana wong ning ngomah?. Aku wong tua Su, mataku iki ora isa diapusi karo kowe sing isih mambu kencur. Ning ngendia wae ya Su, wong wadon butuh pangayoman saka wong lanang, aja diwalik"

"rungokno pituture lik Sarmin Su, contonen uripe lik Sarmin"

Suki hanya diam, dalam hatinya dia membenarkan apa yang telah diucapkan lik Sarmin. Dia memang tidak menghargai Lastri, ngayomi, apalagi ngopeni. Sekarang Lastri sudah menjadi istri juragan bakso, dia semakin cantik, bahkan jauh keliatan cantik dibanding ketika dia persuntung dulu. tapi penyesalan dikemudian hari tidak berguna.

Senja merayap menjadi malam, Suki pulang kerumahnya yang semakin hari semakin tak terawat, usianya sudah mulai menginjak kepala 4, tanpa ada wanita yang mau dia persunting lagi. Dia mendesah panjang.

lingeri..oo..lingerie

"pakne..besok pagi aku diantar ketempatnya ndoro ayu Ratih ya "

"ga biasanya minta diantar, ada apa ta bune?"

"aku cuma pingin pakne mampir sebentar, ketempatnya ndoro ayu Ratih, sebelum pakne ke pasar "

"lha iya ada apa ?"

"itu lho, aku pingin menunjukkan, ndoro Ratih punya baju bagus..."

"lha apa hubungannya dengan aku bune ?"

" ya maksudku, kalau suatu saat pakne punya duit, mbok ya aku dibelikan baju seperti kepunyaan ndoro ayu Ratih, biar aku juga tambah cantik"

Sumi tersenyum, pipinya yang tembem semakin memerah membayangkan seandainya dirinya memakai baju seperti yang dipakai oleh bendoronya

paginya...

"ini lho pak ne yang aku bilang kemarin, bajunya ndoro Ratih, bagus ya..?"

untuk sesaat Samin mengamati baju itu

" iki jenenge baju apa bune ?"

" apa ya pak..lenger-lenger..gitu bilange ndoro Ratih "

"lha ini kalau yang pakai ndoro Ratih memang bikin lenger-lenger ndoro Aryo, "

"lha kalau aku yang pakai, apa pakne ga lenger-lenger juga ?"

mata Sumi menatap tajam suaminya mencari jawaban iya disana. Samin hanya berkerut, matanya meneliti model pakaian dalam yang disebut lenger-lenger oleh istrinya, dia hanya membayangkan jika Sumi istrinya dengan berat badan hampir 1 kwintal itu memakai pakaian dalam yang super sexy itu...waduh..waduh..pikiran Samin ga sanggup membayangkan

"piye pakne...kalau aku pakai baju seperti ini apa pakne juga akan lenger-lenger kepadaku seperti ndoro Aryo ?"

mata Sumi menegerjap penuh harap.

"Bune...mungkin aku dan ndoro Aryo beda selera. Seleranya ndoro Aryo adalah memandang tubuh istrinya dari balik baju yang super semrawang ini, dan itu benar membuat ndoro Aryo lenger-lenger seperti nama baju itu, tapi tidak dengan aku bune.."

Samin mengatur nafas dan kalimatnya

"Aku kalau melihat kamu pakai jarik dan rambutmu digelung begitu, dekukurku ini langsung manggung sendiri, justru aku malah jadi klenger dan dekukurku mandeg manggung kalau kamu pakai baju lenger-lenger itu, aku dan ndoro Aryo beda bune..lha kamu pilih yang mana ?"

Sumi hanya mesam-mesem, pipinya yang tembem tambah memerah lagi

"ya sudah kalau pakne lebih suka jika aku pakai jarik, aku ga akan minta untuk dibelikan baju lenger-lenger lagi "

"bune..aku itu tresna sliramu apa adanya, ga usah ikut-ikutan mode yang ga cocok dengan pribadi kita, sudah ya bune aku ke pasar dulu, keburu siang "

Sumi mengantar kepergian suaminya dengan hati berbunga, ternyata cinta sejati itu bersumber dari dalam hati, dan bukan dari tubuh semata.

anakku

"anak anda memerlukan tranfusi darah, karena pendarahan yang terjadi sangat banyak, Hb nya sangat rendah, dan tranfusi ini tidak bisa ditunda lagi sebelum segala sesuatunya terlambat " kata dokter

"baik dokter, kami siap, apapun yang dokter perintahkan akan kami lakukan demi keselamatan anak kami", kata laki-laki bapak dari anak yang mengalami pendarahan.

Anak laki-laki berumur 3 tahun tu tergeletak tak berdaya di ruang UGD, masih dalam keadaan tak sadarkan diri setelah dia terjatuh dan mengalami perdarahan akut, sementara ibunya duduk disamping ranjang dan hanya menangis.

"hasil laboratorium menunjukkan golongan darah anak anda B, sementara stok darah di tempat kami untuk golongan darah B hari ini baru saja terpakai, kami akan mengusahakan dari PMI, namun jika salah satu dari orang tua mempunyai golongan darah sama, kami akan segera lakukan tranfusi dari darah orang tua "

"apa dokter? golongan anak saya B? laboratorium tidak salah memeriksa? Jangan-jangan salah darah. Mungkin itu darah milik orang lain. Golongan darah saya O, istri saya juga O, bagaimana mungkin anak saya bisa B? jangan-jangan pihak laboratorium yang salah memeriksa, rumah sakit ini bisa saya tuntut dok, saya kan bawa pengacara "

"jika bapak menghendaki, kami bisa lakukan test golongan darah di dekat anak bapak" kemudian dokter itu memanggil perawat dan meminta bagian laboratorium untuk ke UGD serta melakukan uji golongan darah yang kedua di dekat pasien. Laki-laki itu mengamati dengan seksama proses pemeriksaan golongan darah. Hasil pemeriksaan yang kedua menunjukkan hasil yang sama. anak itu mempunyai golongan darah B. Laki-laki itu terhenyak tak percaya, bagaimana mungkin?

laki-laki itu lirih bertanya kepada istrinya, "ma..dari benih siapa anak itu ?" wanita yang merupakan istri dan ibu dari si anak yang mengalami perdarahan itu hanya menunduk, bibirnya kelu tak menjawab.

Suasan UGD sunyi mencekam, disaksikan oleh dokter dan perawat laki-laki itu mendekati istrinya dan memeluk " entah anak itu dari benih siapa akau tak peduli,Tuhan telah menghadirkan dia di antara kita, menjadi tanggung jawabku untuk membesarkan dia sampai menjadi orang, dan sekarang menjadi tugasku untuk mencarikan darah agar anak itu selamat"

"maafkan aku pa" 

seimbang

Dalam desau angin yang memainkan anak rambutnya, gadis itu mencampakkan pikirannya. Diantara realita dan angan, tak pernah dia temukan titik pertemuan yang menjadi pergumulan batinya.

Cinta yang dimiliki telah membelenggu, antara kepentingan pribadi dan hukum sosial yang berlaku. Bahwa di dalam hidup tidak selamanya keinginan pribadi selalu dapat terpenuhi. Kepentingan pribadi masih berbenturan juga terhadap kepentingan-kepentingan sosial, dimana satu sama lain akan terjadi pergesekan-pergesekan, untuk itulah keselarasan perlu diupayakan

Angin laut mulai mencabik cabik kulitnya yang tipis, Dingin menyelusup secara gemulai lewat pori-pori. Helaian nafas panjang disertai sesekali matanya menerwang jauh, entah kemana dia membuang pandangan itu. Dan riak resah ombak, memercik di sela-sela jemari kakinya.

Dengan jelas masih diingat pesan dari orang tuanya

" engkau anak pendeta, carilah pasangan yang seimbang untuk menjadi pendampingmu, setidaknya dia seiman dengan dirimu "

Hatinya berontak mempertimbangkan arti dari pasangan yang seimbang. Apakah seimbang harus seiman? apakah seimbang harus sama-sama lulusan S2? apakah seimbang berasal dari keluarga yang mempunyai derajat ekonomi yang sama? Bagaiman dengan kondisi mereka yang telah menikah dengan agama yang sama namun juga mengalami pertengkaran hebat dan berakhir dengan perceraian? dengan gelar yang sama tapi pengangguran? Apakah seimbang identik dengan sebuah kesamaan?

Seimbang adalah dimana satu sama lain bisa menikmati arti "klik" di dalam hidupnya, seperti gembok dengan kuncinya, seperti panci dengan tutupnya. dan itu bukan didapat dari kesamaan ras, agama, pendidikan dll. Namun jika dia menguraikan pemahamann itu kepada orangtuanya, dia tahu apa yang akan terjadi. Orang tuanya adalah seoarng pendeta dan dia harus menjaga reputasi dari orang tuanya. Hukum sosial telah mengikat dia untuk tidak melangkah dari garis-garis yang telah tertata

Camar melenggang mencari mangsa, dan dalam helaian nafasnya yang kesekian kali, gadis muda itu hanya mampu bergumam

"salahkah aku jika kekasihku adalah seorang ustadz?"

Sempurna

Seorang laki-laki pernah berucap, dulu aku mempunyai cita-cita mempunyai seorang pendamping yang sempurna, dan akhirnya kutemukan.

Pendampingku adalah wanita yang menurutku demikian sempurna, dia baik hati, lemah lembut, cerdas, rajin, rapi, pekerja keras, supel, sabar, cantik, mempuyai tubuh yang ramping, sexy, dan seorang yang romantis, aku sering menggambarkan pendampingku seperti Barbie. Berada di dekatnya hidup tenang dan damai. Tak pernah ada pertengkaran, dia adalah seorang pemaklum dan pemaaf. Hari-hari kami lewati demikian tentram, seolah-olah surga telah aku dapatkan selama hidup di dunia. Sering aku membandingkan dengan pendamping teman-temanku, dimana tiap hari senantiasa ribut, bahkan untuk masalah-masalah kecil sekalipun. Teman-temanku bilang hidup berumah tangga serasa hidup di neraka, dan mereka iri terhadap kehidupan rumah tangga kami yang harmonis, mereka iri terhadap pendampingku.

Pada mulanya aku bangga akan sanjungan mereka, bahwa aku memiliki apa yang diharapkan dari seorang laki-laki, yakni pendamping yang sempurna, namun dari hari ke hari yang kami lalui, aku merasa ada sesuatu yang kurang. Kami begitu damai, segala sesuatu berjalan secara normatif dan terkendali. Tak ada keributan, tak ada perselisihan, tak pertengkaran. Hal ini disebabkan pendampingku benar-benar seorang wanita yang bisa mengendalikan suasana agar kedamaian senantiasa tercipta.

Tiba-tiba aku merasa menginginkan susana rumah yang berbeda. Suasana yang membuat adrenalinku meningkat, suasana yang membuat sitem cardio vasculerku naik menjadi hyper. Aku rindu suatu kegaduhan dalam rumah tanggaku, aku ingin sekali waktu pendampingku marah-marah, dan akupun bisa marah-marah pula. Ternyata hidup dalam kesempurnaan adalah sesuatu yang menjenuhkan, aku merindukan suatu ritme yang berbeda. dan sekarang aku yang gantian iri kepada rumah tangga teman-temanku, yang tiap hari bisa bertengkar, ribut, namun setelah itu rukun kembali.

Laksana sebuah lagu, aku menginginkan sebuah dinamika yang kadang cresendo, kadang decresendo, bukankah dari dinamika inilah sebuah lagu bisa dihayati keindahannya?

Kupandangi Barbieku yang telah terlelap tidur, niatku telah bulat, besok pagi harus ada perubahan membentuk dinamika kehidupan yang baru, tidak lagi dalam susana kesempurnaan. Sekarang aku bisa mengatakan kepada semua orang bahwa kesempurnan tidak menjamin hidup indah, justru adanya kerikil-kerikil kehidupan yang menempatkan kehidupan mempunyai makna tersendiri.
Selamat tinggal kesempurnaan.

Daud menerima kabar kematian Saul

2 Samuel 1:1-16

Daud menerima kabar kematian Saul

(1) Setelah Saul mati, dan ketika Daud kembali sesudah memukul kalah orang Amalek dan tinggal dua hari di Ziklag,
(2) maka datanglah pada hari ketiga seorang dari tentara, dari pihak Saul, dengan pakaian terkoyak-koyak dan tanah di atas kepala. Ketika ia sampai kepada Daud, sujudlah ia ke tanah dan menyembah.
(3) Bertanyalah Daud kepadanya: "Dari manakah engkau?" Jawabnya kepadanya: "Aku lolos dari tentara Israel."
(4) Bertanyalah pula Daud kepadanya: "Apakah yang terjadi? Coba ceriterakan kepadaku." Jawabnya: "Rakyat telah melarikan diri dari pertempuran; bukan saja banyak dari rakyat yang gugur dan mati, tetapi Saul dan Yonatan, anaknya, juga sudah mati."
(5) Lalu Daud berkata kepada orang muda yang membawa kabar kepadanya itu: "Bagaimana kauketahui, bahwa Saul dan Yonatan, anaknya, sudah mati?"
(6) Orang muda yang membawa kabar kepadanya itu berkata: "Kebetulan aku ada di pegunungan Gilboa; maka tampaklah Saul bertelekan pada tombaknya, sedang kereta-kereta dan orang-orang berkuda mengejarnya.
(7) Ketika menoleh ke belakang, ia melihat aku, lalu memanggil aku; dan aku berkata: Ya tuanku.
(8) Ia bertanya kepadaku: Siapakah engkau? Jawabku kepadanya: Aku seorang Amalek.
(9) Lalu katanya kepadaku: Datanglah ke mari dan bunuhlah aku, sebab kekejangan telah menyerang aku, tetapi aku masih bernyawa.
(10) Aku datang ke dekatnya dan membunuh dia, sebab aku tahu, ia tidak dapat hidup terus setelah jatuh. Aku mengambil jejamang yang ada di kepalanya, dan gelang yang ada pada lengannya, dan inilah dia kubawa kepada tuanku."
(11) Lalu Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga.
(12) Dan mereka meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan, anaknya, karena umat TUHAN dan karena kaum Israel, sebab mereka telah gugur oleh pedang.
(13) Kemudian bertanyalah Daud kepada orang muda yang membawa kabar itu kepadanya: "Asalmu dari mana?" Jawabnya: "Aku ini anak perantau, orang Amalek."
(14) Kemudian berkatalah Daud kepadanya: "Bagaimana? Tidakkah engkau segan mengangkat tanganmu memusnahkan orang yang diurapi TUHAN?"
(15) Lalu Daud memanggil salah seorang dari anak buahnya dan berkata: "Ke mari, paranglah dia." Orang itu memarangnya, sehingga mati.
(16) Dan Daud berkata kepadanya: "Kautanggung sendiri darahmu, sebab mulutmulah yang menjadi saksi menentang engkau, karena berkata: Aku telah membunuh orang yang diurapi TUHAN."

saya salut dan mengacungi jempol untuk kisah ini, terutama yg tertuang di ayat ke 14 " "Bagaimana? Tidakkah engkau segan mengangkat tanganmu memusnahkan orang yang diurapi TUHAN?", bagaimapun Daud telah dimusuhi Saul bertahun-tahu hingga dia menjadi seorang buron yang harus bersembunyi disana sini demi menyelamatkan nyawa, dan disetiap kesempatan dia mampu membunuh Saul tetap saja dia tidak melakukan, dan ketika ada orang yang mengaku bahwa dia telah membunuh Saul yg notebenenya adalah musuh Daud (dia pikir Daud akan berterima kasih atas jasanya telah membunuh Saul ) justru Daud marah besar dan malah memarang orang yang telah mengaku membunuh Saul sampai mati.

Dalam sebuah kondisi terjepit dan sulit, dan dia dijadikan buron, Daud tetap menghargai Saul sebagai yang diurapi Tuhan, betapa dia menghargai nyawa Saul da tidak berani menyentuh Saul sedikitpun untuk menyakitinya, meskipun kesempatan selalu ada dan terbuka lebar di depan mata.

Menghargai otoritas Tuhan sebagai pencipta manusia dan telah mengurapi Saul sebagai raja, menempatkan Daud untuk menghargai sebuah nyawa yg telah diurapi Tuhan. Sebuah perbuatan indah, andai tiap manusia bisa mempunyai visi yang sama, bahwa manusia sungguh berharga di mata Tuhan, maka kecil kemungkinan pembataian dan pembunuhan akan terjadi di muka bumi.

Cerita ini juga memberikan sebuah nasehat, kita dituntut untuk mengasihi sesama, apapun yg telah manusia perbuat kepada kita, Tuhan menghendaki kita tetap memberikan efek kasih. Mengasihi manusia sama saja menghargai Tuhan sebagai arsitek manusia, menghargai karya maha besar Tuhan, yang telah dengan demikian rumit membentuk seluruh anatomi tubuh manusia, yang tak tergantikan oleh organ buatan manusia. Jika manusia mau memperhatiakn sistem anatomi tubuhnya maka akan didapati semua organ yg demikian rumit bisa tertata dengan rapi dan dapat berjalan sesuai dengan fungsinya secara teratur.

Allah Maha Besar, ungkapan itu bisa kita tunjukkan dengan menghargai ciptaan Nya, menjaga, dan merawatnya. Tugas manusia di bumi adalah menjadi patner Allah agar tercipta harmoni di dunia. Jika manusia kembali kepada fitrahnya Secara bahasa, fithrah berarti al-khilqah (naluri, pembawaan) dan ath-thabĂ®‘ah (tabiat, karakter) yang diciptakan Allah. bisa diterjemahkan sebagai ‘kembali ke naluri/pembawaan yang asli’. Pembawaan yang asli adalah memahami bahwa manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, dengan maksud dan tujuan mengelola alam ciptaan Allah tetap pada tempatnya

Jika setiap manusia memahami hakekakat akan penciptaan dirinya, maka dia akan mampu menjalankan fungsi penciptaan dirinya

Mari kita kembali ke dalam fitrah kita

Lima Roti dan Dua Ikan

Yohanes 6 : 8 - 13

(8) Seorang pengikut Yesus yang lain, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata, (9) "Di sini ada anak laki-laki dengan lima roti dan dua ikan. Tetapi apa artinya itu untuk orang sebanyak ini? (10) "Suruhlah orang-orang itu duduk," kata Yesus. Di tempat itu ada banyak rumput, jadi orang-orang itu duduk di rumput--semuanya ada kira-kira lima ribu orang laki-laki. (11) Kemudian Yesus mengambil roti itu, lalu mengucap syukur kepada Allah. Sesudah itu Ia membagi-bagikan roti itu kepada orang banyak. Kemudian Ia membagi-bagikan ikan itu, dan mereka makan sepuas-puasnya. (13) Lalu mereka mengumpulkan dua belas bakul penuh kelebihan makanan dari lima roti yang dimakan oleh orang banyak itu.

Kisah ataupun cerita Lima Roti dan Dua Ikan, sangat familiar di telinga terutama di lingkungan anak-anak sekolah minggu. Anak-anak akan tahu persis cerita tersebut karena cerita itu telah diubah menjadi sebuah lagu :

Lima roti dan dua ikan
Diberkati oleh Tuhan
Dimakan lima ribu orang
Sisa 12 keranjang

Cerita yang mengisahkan dimana Yesus memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan, setelah diberkati oleh Yesus maka lima roti dan dua ikan mampu mencukupi akan kebutuhan makan bagi 5000 orang, dan sisa dari makanan tersebut setelah dikumpulkan ada 12 keranjang. Sebuah mujizat telah terjadi dan anak-anak bahkan kadang orang dewasapun dibuat kagum akan kisah tersebut. Hebat !!

Namun sering kali tanpa kita sadari, kita seringkali terkesima akan hal-hal yang bersifat spektakuler, layaknya sebuah pertunjukan sulap, yang menghiburkan hati kita terutama mata kita, dan dari hal-hal yang spektakuler tersebut kita baru meyakini bahwa seseorang yang telah melakukan pekerjaan tersebut adalah orang hebat (Jadi ingat The Master kalau gini si Limbart dan teman-temannya ). Pekerjaan Yesus dipandang seperti pertunjukan sulap gratis di padang gurun, sebagai hiburan setelah penat melakukan perjalan jauh dari rumah untuk mendengar pengajaran Yesus.
Saat ini saya tidak akan berbicara dari sudut Historis kritis, maupun exegese dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal teologi, saya ga tahu( itu bagian suami saya, bagian saya merenung ). Saya hanya merenung, terutama kepada si pemberi 5 roti dan 2 ikan

Jika diamati dari bacaan sebelumnya, bahwa saat itu dikatakan terdapat sekumpulan orang kurang lebih 5000 orang dewasa, belum termasuk anak-anak. Yang mengikuti Yesus untuk mendengarkan ajaran Nya. Namun mengapa ketika ada urusan logistic yang mendesak, hanya satu orang yang berani memberikan bekalnya untuk dibagikan kepada orang lain yang berjumlah 5000 orang dan bekal itu milik seorang anak. Buat saya ini adalah pekerjaan hebat. Justru dari sinilah awal mula mujizat itu. Si anak kecil membuka jalan agar mujizat itu terjadi. Jika si anak ini tidak memberikan bekalnya, tak akan ada kisah 5 roti dan 2 ikan dimakan 5000 orang sisa 12 keranjang. Jika peristiwa di padang gurun itu di bikin rumus naka kan menjadi sebuah persamaan seperti di bawah ini :
( 5 + 2 ) : 5000 = 5000 + 12 keranjang

Mengamati dan memikirkan akan tindakan anak kecil itu, membuat sebuah pertanyaan baru bagi diri saya pribadi. Jika pada masa itu saya ada , mungkinkah saya akan memberikan bekal saya kepada Yesus untuk dibagikan kepada orang banyak? Bisa jadi inilah sikap saya

“ Bentar ah nunggu yang lain, kalau yang lain ga kasih, aku juga ga akan kasih ”

Atau

“biar orang lain saja yang kasih, jangan saya”

atau

“ Wah ..kayaknya ga usah kasih aja, bekallku kan Cuma dikit, lagian ini juga aku bagi untuk anakku dan suamiku mana cukup kalau dibakikan ke orang lain? Jangan-jangan keluargaku malah kekurangan “

Atau

“ emang gue pikirin, belum tentu lo lo pada mikirin gue, enak aja”

Atau

“ sudahlah diem aja pura-pura ga tahu, umpetin aja nih bekal”
Atau masih banyak sikap lain yang berorientasi kepada “ JANGAN SAYA”

Lebih enak untuk tidak mengambil bagian, dan menunjuk orang lain. Sebab jika mengambil bagian berarti saya akan menerima konsekuensi yakni kekurangan. Biarlah orang lain yang berkorban dan bukan saya. Saya sudah banyak beban serta masalah dan jangan dibebani hal-hal lain yang bukan urusan saya. Kalau bisa jangan menambah urusan saya, syukur kalau bisa bantulah semua permasalahan saya.

Sikap berpusat kepada kepentingan diri sendiri mulai terbentuk seirama dengan rasa aman yang mulai terkikis yang berakibat mempunyai sikap “ BERANI MENGORBANKAN ORANG LAIN DEMI RASA AMAN DIRI”
Kembali saya merenung dan berfikir, bahwa sebenarnya yang menjadi actor utama dari peristiwa itu adalah si anak yang telah memberikan bekalnya. Bukan Yesus atapun murid-murid Nya. Setiap saat mujizat itu senantiasa terjadi dan ada dimana-mana karena memang Tuhan Maha Kuasa, mampu membuat mujizat. Akan tetapi mujizat bisa terwujud jika ada media penghantarnya. Seperti si anak kecil tersebut, dia menjadi penghantar dari sebuah mujizat sehingga 5000 orang tidak mati kelaparan dan mujizat itu dapat terjadi bermula dari sebuah “ HATI MEMBERI”

Hati memberi, sebuah gambaran hati yang ikhlas, yang tidak mementingkan “AKU” melainkan mempunyai kecenderungan mementingkan “KAMU”. Ini bukanlah perkara yang mudah karena seringkali kita mempunyai kepentingan-kepentingan yang berhubungan dengan AKU. Kepentingan-kepentingan yang terbungkus oleh sikap-sikap kekuatiran dan ketakutan, yang didukung oleh rasional kita yang mengatasnamakan sikap bijkasana. Andai si anak kecil itu memakai sikapnya berdasarkan rasio, bisa saja dia membatalkan niatnya untuk memberikan bekal yang dia punya. Namun kita melihat bahwa hal itu tidak terjadi demikian.

Sikap anak kecil itu telah memberi sebuah pelajaran, bagaimana mempunyai sikap berbagi dalam kondisi yang minim. Dan bagaimana Tuhan bekerja dalam sikap hati yang ikhlas. Bahwa di dalam Tuhan apa yang kita kerjakan bukanlah sebuah kesia-siaan. Segala sesuatu akan menjadi sia-sia jika kita mengandalkan kekuatan kita sendiri. Itu menjadi sebuah tantangan jika dalam satu kondisi, kita sendiri punya kondisi pas-pas an kemudian ada sodara atau teman yang membutuhkan bantuan kita, bagaimana sikap kita?

Sayap bidadari kuning yang sobek


Wush…wush…wush…tujuh makhluk bersayap itu beterbangan kian kemari dari awan ke awan. Tubuh mereka memancarkan cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan unggu. Mereka adalah bidadari pelanggi, berbaju dari kelopak bunga dan bermahkota emas yang dapat memancarkan sinar kuning keemasan

Tujuh Bidadari Pelangi tinggal di atas pelangi, mereka memelihara dunia agar tetap indah. Setiap malam, mereka menyalakan bintang-bintang dilangit. Pagi hari sebelum matahari terbangun, mereka menebarkan embun-embun diatas kelopak-kelopak bunga agar bunga-bunga menjadi segar. Saat siang hari, mereka mengumpulkan awan agar anak-anak terlindung dari sengat matahari dan tidak kepanasan.

Matahari masih terlelap, namun bidadari pelangi sudah sibuk bekerja. Mereka memetik embun di awan dan dimasukkan ke dalam keranjang, kemudian di taburkannya diatas kelopak-kelopak bunga. Pekerjaan itu harus selesai sebelum matahari bangun. Cepat..cepat..cepat, mereka bekerja dengan cepat

Bidadari Merah menabur embun di atas kelopak bunga yang berwarna merah, Bidadari Jjingga menabur embun diatas kelopak bunga yang berwarna jingga, demikian juga Bidadari Kuning, Bidadari Hijau, Bidadari Biru, Bidadari Nila, dan Bidadari Unggu mereka menabur embun diatas kelopak bunga yang berwarna sesuai dengan nama mereka

Bunga-bunga mengeliat , terbangun karena sentuhan dingin dari embun-embun yang ditaburkan keatas kelopak mereka.

“ Selamat pagi “

sapa bunga-bunga itu kepada para bidadari yang sedang bekerja

“ Selamat pagi juga, hari yang indah”

Jawab mereka sambil tersenyum

“ku..ku..ru yuk….”

ayam jantan berkokok membangunkan matahari. Matahari, mengusap-usap matanya sambil mengeliat

“uuuggghhhh”

cahayanya yang memerah terpancar secara perlahan dan berubah menjadi kuning keemasan.
Bersama bangunnya matahari, selesai pula pekerjaan bidadari. Segera mereka kembali ke pelangi, dan melihat segala keindahan pagi dari atas sana.

Suatu pagi, terdengar tangis dari kelompok bunga yang berwarna kuning

“hu..hu..hu.kami tidak mendapat embun, kelopak bunga kami menjadi layu”

hari itu semua bunga yang berwarna kuning tidak mendapatkan embun. Itu adalah pekerjaan bidadari kuning, karena dia yang menabur embun kepada bunga-bunga yang berwarna kuning. Lantas kemana bidadari kuning? Kenapa dia tidak menaburkan embun ? Semua bunga yang berwarna kuning bertanya,

“Dimanakah bidadari kuning?”

Kumbang dan kupu-kupu melintas diatas bunga-bunga yang berwarna kuning, namun mereka tidak mau hinggap

“ kelopak bungamu tidak segar” kata mereka

Lantas mereka terbang meninggalkan bunga-bunga kuning dan hinggap kepada bunga-bunga yang bertaburkan embun
Bunga-bunga yang berwarna kuning menjadi sedih

Setiap kali ada yang terbang diatas mereka, mereka bertanya

“ burung apakah kau melihat bidadari kuning?”

“ kumbang apakah kau tahu dimana bidadari kuning berada?”

“kupu-kupu apakah bidadari kuning bersama dengan engkau?”

“ capung, dapatkah kau tunjukkan dimanakah bidadari kuning sekarang ?

Dan semua menjawab

“bunga, kami tidak tahu”

Dan kemudian mereka melanjutkan terbang

bunga-bunga berwarna kuning menjadi sedih. Bidadari kuning benar-benar hilang, itu berarti tak akan ada yang menabur embun di kelopak bunga mereka setiap pagi
Itu berarti, tak akan ada lagi kupu-kupu dan kumbang yang mau singgah di kelopak bunga mereka, karena kelopak mereka tidak segar
Hu…hu..hu…mereka menangis

Ketika bunga-bunga kuning kebingungan , jauh di tempat lain, dipinggir danau nampak makhluk kecil berbaju kuning sedang menangis sedih
Seekor ikan emas yang sedang berenang menghampirinya

“ Bukankah kau bidadari kuning?”

“ Betul Ikan emas, aku bidadari kuning”

“Apa yang sedang kau lakukan disini? Tidak tahukah bahwa bunga-bunga kuning mencari engkau?”

“hu…hu…hu…” tiba-tiba bidadari kuning menangis dengan kerasnya

“kenapa kau menangis teman? Apakah yang membuat hatimu sedih?”

“ Ikan emas, sayapku sobek, aku tidak bisa terbang ,”
bidadari kuning memulai kisahnya, sesekali diusap air matanya yang mengalir.

“Bagaimana sayapmu bisa sobek?” tanya ikan emas ingin tahu, kemudian dia berenang lebih mendekat

Bidadari kuning kemudian bercerita,

“ pagi itu aku dan bidadari yang lain telah selesai menabur embun di atas kelopak bunga, ketika terbang, hendak kembali ke pelangi, sayapku tersangkut ranting, sobek, dan aku terjatuh tidak sadarkan diri, ketika tersadar aku sudah dipinggir danau. Aku memanggil saudara-saudaraku, namun mereka tidak mendengarnya.. Ikan emas tolonglah aku, jika engkau bertemu dengan saudara-saudaraku, katakan aku ada di sini”

“ Tetapi bagaimana caranya aku menolong mu? Sedangkan aku tidak bisa terbang” ikan emas menjawab dengan sedih
Mereka berdua terdiam. Iya bagaimana caranya? Matahari mengintip dari balik awan, dan ikut merasakan kesedihan mereka. Lewat matanya yang basah bidadari kuning memandang pelangi dari kejahuan

Klepak…klepak…klepak…seekor kupu terbang perlahan diatas mereka. Kupu-kupu dengan sayap indah itu kemudian mendekati ikan emas dan bidadari kuning dan menyapa

“ teman apakah yang membuat kalian bermuka sedih? Bukankah hari ini begitu indah?

“ kupu-kupu, teman kita bidadari kuning sedang bersedih, sayapnya sobek, sehingga dia tidak bisa terbang, dan aku tidak bisa menolongnya “ jawab ikan

“ Iya kupu-kupu, aku tidak bisa lagi mengambil embun di awan-awan dan menebarkannya di atas kelopak bunga, hari ini bunga yang berwarna kuning banyak yang layu, mereka menjadi sedih karena tidak ada kumbang dan kupu-kupu yang mau hinggap diatasnya” kata si bidadari kuning

Mereka bertiga terdiam, tiba-tiba kupu-kupu berbicara

“bidadari kuning, maukah engkau memakai sayapku? Pakailah agar engkau bisa kembali terbang, dan menebarkan embun di atas bunga-bunga.”

“tetapi bagaimana dengan engkau kupu-kupu? “ Sahut bidadari kuning cemas

“Engkau tidak perlu mencemaskan aku. Pikirkanlah hidupmu, masih banyak yang membutuhkan engkau, aku sudah tua dan sebentar lagi mati, hidupmu jauh lebih berharga daripada hidupku sekarang”
Bidadari kuning dan ikan emas saling berpandangan, mereka kemudian memandang kupu-kupu tidak percaya,

Kemudian kupu-kupu melepas sayapnya, digantikannya sayap bidadari kuning yang sobek dengan sayapnya.
Klepak…klepak..klepak…bidadari kuning mengepak-ngepak sayapnya mencoba sayapnya yang baru. Wush…wush..wush…

“ hore aku bisa terbang kembali” teriak bidadari kuning kegirangan
Ikan emas dan kupu-kupu tersenyum senang

Matahari sudah mengantuk, sebentar lagi dia tidur, cahayanya sudah mulai kemerahan, bidadari kuning ingin pulang “kupu-kupu, terimakasih atas pemberian sayapmu, aku tidak akan melupakan engkau, sekarang aku harus kembali ke rumah sebelum hari gelap”
Bidadari kuning memeluk kupu-kupu dengan erat.
“Ikan emas, terimakasih, karena engkau telah menemani aku”
Setelah mengucapkan selamat tinggal, bidadari kuning segera melesat keangkasa keatas pelangi

Malam telah datang, ke tujuh bidadari kembali sibuk bekerja. Mereka menyalakan bintang-bintang agar malam tidak menjadi demikian gelap. Dibangunkannya jengkerik agar bernyanyi. Dihembuskannya angin malam yang melantunkan nyanyian cinta, agar mimpi anak-anak menjadi indah. Bulan tersenyum kepada mereka dan menyapa “ selamat malam bidadari pelangi “

“ selamat malam bulan, cahayamu sungguh indah”kata mereka

Hari itu semua berjalan dengan indah. Ke tujuh bidadari pelangi berkumpul kembali dirumah mereka. Malam itu mereka menikmati keindahan malam dari atas angkasa, mahkota mereka yang berkelip-kelip mengisyaratkan mereka senantiasa berjaga menjaga dunia